Dua Perempuan Biseksual Warnai American Next Top Model putaran ke 18
Ourvoice. American Next Top Model (sering disingkat ANTM) adalah sebuah acara televisi dengan format Reality Show (sebuah program televisi yang menyajikan situasi dramatisasi tanpa naskah yang pelakunya bukan aktor professional)
Kembali ke American Next Top Model, peserta dalam ajang ini seluruhnya perempuan dengan salah satu kriteria yang ditetapkan minimal usia 18 tahun dan maksimal usia 27tahun. Serta ia harus berdomisili di wilayah Amerika.
Pada putaran ke 18, LGBT diwakili oleh dua perempuan biseksual muda yaitu AzMarie dan Laura. Dan tema tahun ini adalah British Invasion. Menurut salah satu pendiri dan juga ikon American Next Top Model, Tyra Banks ia akan “mengadu” kemampuan peserta dengan segala potensi yang dimilikinya serta ia ingin melihat kemampuan peserta mengelola emosional. Apakah pada titik tertentu ajang ini bisa membuat mereka saling “mencintai” atau bahkan saling “membenci”,ungkap Tyra.
Pada sesi perkenalan Laura 20tahun yang berasal dari Scotia, New York, dengan percaya diri ia mendefinisikan dan mengumumkan pada dewan juri dan peserta lain bahwa dirinya seorang perempuan biseksual. Begitu pula dengan AzMarie, 25, yang berasal dari Milwaukee, Wisconsin. Ia dengan bangga mengatakan ia mampu melakukan hal-hal yang dilakukan oleh kaum maskulin dan juga disaat yang bersamaan ia juga sanggup melakukan hal-hal yang dilakukan oleh kaum feminim dan ia juga mengatakan ketertarikanya pada perempuan didepan peserta lain dan juri.
American Next Top Model putaran ke 18 masih terus berjalan, akan banyak kejutan yang tak terduga yang datang dari peserta. Menang dan kalah, sedih dan gembira akan membayangi pada ajang ini, satu kabar yang positif adalah bahwa kini mulai banyak remaja LGBT di Amerika yang sudah percaya diri dengan pilihan orientasi seksualnya dan mereka membuka diri di ajang-ajang yang diikuti oleh ribuan orang. Sebuat aja Adam Lambert, Clay Aiken, David Archuleta, dan Kelly Cralkson (American idol). Mereka cukup member bukti bahwa keterbukaan bukanlah hal yang akan menghentikan langkahnya dalam berkarya, dan yang terpenting adalah professional dalam melakukan kerja-kerja.
Dan dalam konteks Indonesia ajang-ajang seperti ini kian terus diminati oleh para LGBT, Berdiri diantara ribuan antrian (peserta lain) bukanlah menjadi masalah besar karena “jika” ia berhasil ia akan mendapatkan tidak hanya popularitas tapi juga dukungan financial. Namun sangat disayangkan karena sampai saat ini belum ada yang berani menyatakan kejujuranya dalam ajang-ajang populis. Padahal dunia seni di isi oleh orang-orang yang cukup toleran terhadap perbedaan. (Yatna)
Sumber fhoto : http://forums.thefashionspot.com