EVI, transgender mantan pengasuh Obama yang “terbuang”.
Jakarta – Evie tak pernah menduga jika suatu saat “Barry” Obama, seorang bocah kecil yang pernah diasuhnya akan menjadi orang nomer satu di Amerika. Putaran waktu yang begitu cepat merubah segalanya dan kini Evi hanya bisa pasrah pada keadaan bahwa ia adalah seorang Transgender yang hidup dalam ketakutan.
Evie terlahir sebagai seorang yang memiliki gender lelaki namun dia percaya bahwa dirinya bukanlah seorang lelaki, tapi seorang perempuan. Saat berusia anak-anak, Evie sering dipukuli ayahnya, yang tidak bisa menerima anak lelakinya kemayu.
Kekerasan menjadi sejarah kelam yang menghantui hidupnya. pemukulan dan ejekan kerap kali ia alami, dan pada suatu ketika ia pernah dipaksa oleh seorang tentara memotong rambutnya yang panjang terurai, saat sedang memotong rambut, tentara tersebut meminta Evi menadahkan tanganya, kemudian tentara tersebut mematikan puntung rokok yang sedang menyala ditangan Evi.
Dan pada tahun 1995, merupakan titik balik dalam kehidupan Evi. dalam sebuah razia, teman Evie yang juga Transgender – Susi, meloncat ke sungai yang penuh dengan sampah. Evie dan teman-temannya bergegas mencari Susi. Nahas, Susi kemudian ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa lagi. Sangat mengenaskan. Badannya bengkak dan mukanya hancur. Setelah kejadian itu , Evi mengumpulkan pakaian dan asesoris perempuannya ke dalam dua boks kardus. Lipstik, bedak dan kosmetik mata, dibuang.
“Saya tahu dalam hati yang paling dalam saya adalah perempuan, tapi saya tidak ingin mati seperti itu,” kata Evie, sekarang berusia 66 tahun.
Bibirnya gemetar mengingat masa silam.
“Jadi saya putuskan untuk menerimanya, hidup seperti ini, dalam tubuh seorang lelaki.”
Steik Daging dan Nasi Goreng
Evie. Dia memilih nama itu karena terdengar manis. Dia memperlihatkan kartu tanda penduduk. Nama aslinya Turdi dan berjenis kelamin lelaki.
Beberapa puluh tahun lalu dia sering berada di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Turdi, nama saat itu, bekerja selama dua tahun di rumah orangtua Barry Obama.Dia berbicara halus, pelan dan kekhawatiran terpancar dari matanya, namun ketika ditanya soal pengasuh, Gedung Putih tidak berkomentar.
Kemampuannya memasak menyebabkan dia berada di dapur rumah tangga pejabat tinggi. Saat itu masih remaja, dia menjadi pelayan di pesta koktail tahun 1969. Bertemu dengan Ann Dunham, ibunya Barack Obama, yang berada di Indonesia sejak dua tahun lalu, menikah dengan suami keduanya, Lolo Soetoro.
Dunham terkesan dengan steik daging dan nasi goreng yang dibuat oleh Evi, dan kemudian ia ditawari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga dikeluarga Ann Dunham. Evie tidak hanya bekerja menyiapkan makanan tapi ia juga mengasuh Barry yang berusia delapan tahun, selain itu Evi juga mengantar dan menjemput Barry kesekolah.
Tetangganya sering melihat Evie keluar rumah, disaat petang hari dengan berdandan dan ber-make up tebal. Ketika itu Evi sangat ragu jika sampai Barry mengetahui apa yang dilakukanya.
“Dia masih kecil,” kata Evie. “Saya tidak pernah mengizinkannya dia melihat saya berpakaian perempuan. Namun dia melihat saya mencoba memakai lipstik ibunya.”
Pekerja Seks
Ketika keluarga itu pindah awal tahun 1970-an, keadaan mulai tak terkendali. Evie pindah ke tempat pacarnya. Hubungan mereka berakhir tiga tahun. Untuk mencukupi kebutuhan hidup Evi kemudian memilih bekerja sebagai pekerja seks.
“Saya mencoba mencari pekerjaan sebagai pembantu, namun tidak ada yang mau mempekerjakan,” kata Evie. “Saya perlu uang untuk beli makan dan tempat tinggal.”
Evi sering dirazia, berlari menyelamatkan diri menerobos gang-gang semput, dinaikkan ke atas truk, dipukuli, merupakan konsekwensi yang harus diterima Evi sebagai seorang Transgender yang menjadi pekerja sek jalanan.
Sebagai pelipur lara atas luka hatinya, Evie memilih mesjid menjadi tempat untuk mendialogkan segala keluh kesah dan harapanya.
Evi tidak tahu bocah lelaki yang pernah diasuhnya menang pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2008, sampai dia melihatnya di surat kabar dan televisi.
“Saya tidak percaya dengan penglihatan,” katanya sambil tersenyum lebar.
Temannya menertawakan dan menganggapnya sinting, namun mereka yang tinggal dekat keluarga itu membenarkan.
“Banyak tetangga yang ingat Turdi, dia populer waktu itu,” kata Rudi Yara, yang tingal di depan rumah Obama.
“Dia orang yang ramah, sabar dan sayang dengan Barry.”
Evie berharap mantan asuhannya peduli dengan orang seperti dia.
Pada tahun 2010 Obama menunjuk Amanda Simpson seorang transgender pertama yang menjadi penasehat senior pada departemen perdagangan.
Bagi Evie, dia sudah cukup dengan bertahan di jalanan Jakarta.
“Sekarang orang memanggil saya sampah masyarakat,” katanya.
“Tapi saya pernah mengasuh Presiden Amerika Serikat.” Jawabnya dengan sedikit rasa bangga.
Sikap Indonesia terhadap waria.
Tidak ada data pasti yang bisa diverifikasi untuk mengetahu seberapa banyak jumlah Transgender di Indonesia, baik itu transgender perempuan ataupun transgender lelaki.
Ancaman kekerasan yang dialami oleh para Transgender sangat nyata baik itu di Indonesia ataupun di Negara lain di dunia. Menurut data the Trans Murder Monitoring Project setidaknya ada 1000 kasus pertahun. Mulai dari tindakan pembunuhan, pelecehan, serangan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Transgender, dan setidaknya ada satu orang Transgender yang meregang nyawa setiap harinya.
Penghinaan masyarakat terhadap Transgender masih terus berlangsung, dan penghinaan itu datang dari media televisi, banyak peran-peran Transgender diposisikan sangat “rendah” dijadikan bahan guyonan yang merelecehkan.
Tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi para Transgender membuat banyak Transgender beralih ke dunia prostitusi. Andai saja Negara ini konsiten menerapkan undang-undang dasar 45 khususnya yang tertera pada pasal 28, mengkin sekarang Evi tidak tinggal di sebuah gubuk kecil di daerah kumuh padat penduduk di sudut timur Jakarta.(yatna)
Disadur dari : hufingpost.com, dan beritasatu.com
Sumber gambar : hufingpost.com/AP. sumber video : youtube.com