H.C.Andersen, Biseksual yang mendunia | OurVoice
Ourvoice.or.id. Siapa yang tak mengenal Hans Christian Andersen (April 2, 1805 – August 4, 1875). Karyanya dalam bentuk dongeng terkenal telah mendunia. Karyanya yang terkenal di Indonesia antara lain “The Steadfast Tin Soldier” (Prajurit Timah), “The Snow Queen” (Putri Salju), “The Little Mermaid” “Thumbelina”, “The Little Match Girl,” (Gadis Korek Api), dan “The Ugly Duckling” (Bebek Buruk Rupa). Karyanya selalu mengajarkan mengenai cinta kasih yang harus selalu dibagikan, karena kelak mereka akan bisa ‘bahagia selama-lamanya’.
Merupakan ironi bagi kehidupan Andersen karena sebagai pengarang cerita anak-anak kelas dunia, ia tidak tertarik pada anak-anak. Ketika ia berada pada tingkat kesuksesan, masyarakat Demark mengajukan usulan untuk mendirikan patungnya. Andersen membencinya karena pada sketsa asli, terlihat ia dikelilingi sekelompok anak-anak, padahal ia menginginkan sosok penyendiri yang sedang membaca buku.
Kehidupan cinta H.C. Andersen sendiri begitu rumit. Catatan pribadinya menunjukkan bahwa Andersen menolak melakukan hubungan seksual. Andersen sendiri seorang biseksual, menyukai pria dan wanita. Andersen sering jatuh cinta pada wanita-wanita yang tak terjangkau olehnya, dan itulah yang menyebabkan kesedihan seksual baginya. Hal itu mungkin berkaitan dengan masa kanak-kanak dan remajanya yang kelam.
Andersen hidup dengan kontradiksi. Ia adalah anak dari pembuat sepatu yang miskin, dan ibu yang buta huruf. Namun kelak hidupnya akan berubah.
‘Dua puluh limatahun yang lalu, saya datang dengan tas yang kecil ke Copenhagen, seorang bocah yang miskin dan asing. Sekarang, saya minum coklat dengan ratu, duduk berhadapan dengannya dan raja’
Sepeninggal ayahnya, ibunya menyuruh Andersen untuk mendukung pendapatan keluarga dengan bekerja di penambangan lokal, namun ia hanya bertahan beberapa hari. Setelah mendengar suaranya yang merdu, rekan kerjanya menangkap dan menelanjanginya, pelecehan seksual pertama yang ia alami, hanya untuk mengetahui ‘ia perempuan atau kaki-laki’,
Pada usia 14 tahun Andersen membujuk ibunya untuk diperbolehkan pergi ke Copenhagen dan ikut sebuah teater disana. Ia mencoba menjadi penari balet, aktor dan penyanyi disana. Hanya berhasil menjadi penyanyi, namun kemudian suaranya pecah dan uangnya habis, sehingga ia memutuskan kembali ke rumah, dan bersekolah lagi. Ia mendapatkan sedikit sumbangan dari beberapa donatur dan mulai menulis drama.
Ia mengirimkan satu naskahnya pada Jonas Collin, orang yang berkuasa atas kebudayaan Denmark, yang mengirimkannya ke sekolah tata bahasa untuk mendapatkan pendidikan formal. Langkah ini menjaid penting bagi pengembangan karirnya, dengan langkah ini pula ia masuk ke lingkup keluarga Collin, dan Edvard, salah satu anak laki-laki Jonah, menjadi cinta yang tak terbalas baginya.
Setelah matrikulasi pada universitas Copenhagen, Anderson memulai karir penulisannya. Tahun-tahun berikutnya merupakan paduan dari kesuksesan dan penderitaanya. Dia merasakan dua cinta yang membuat frustasi, yaitu untuk Edvard Collin dan Ludvig Muller, mahasiswa berumur 23 tahun. Pada tahun 1835, ia menerbitkan 4 dongeng, termasuk The Tinderbox dan The Princess and the Pea. Tahun 1837 merupakan tahun yang sukses, dengan munculnya The Little Mermaid dan The Emperor’s New Clothes.
Dongeng The Little Mermaid versi asli, menceritakan tentang seorang putri duyung yang membuat tawar-menawar jahat dengan penyihir laut, dengan memotong lidahnya agar ekornya hilang dan berganti dengan kaki, semua untuk cinta pada seorang pangeran. Namun ternyata pangeran tersebut sudah punya pilihannya. Kisah ini menggambarkan kasih tak sampai Andersen.
But a mermaid has no tears,
and therefore she suffers so much more.
Tahun 1838 ia menciptakan Steadfast Tin Soldier, yang berasal dari ciptaannya sendiri, bukan dari dongeng. Tokoh utamanya, yaitu prajurit dengan satu kaki menjadikannya aneh di dalam kotak mainan prajurit timah, merupakan potret diri dari penulisnya yang menyukai sesama jenis. Sepanjang hidupnya ia mencintai laki-laki, dan menjalin hubungan dengan penari Demanrk, Harald Scharff.
Namun ada satu wanita penyanyi opera, Jenny Lind yang mampu membangkitkan hairahnya. Andersen sangat mencintainya, namun ia hanya menganggapnya sebagai teman. Bagaimanapun, Jenny telah menginspirasinya, dan menghasilkan cerita sukses seperti The Ugly Duckling, The Nightingale, The Snow Queen dan The Fir Tree.
Andersen meninggal pada usia 70 tahun dengan kejayaan, dan semua hartanya ia wariskan pad Edvard Collins. Ia telah menghasilkan 168 cerita yang diterjemahkan dalam 80 bahasa.
Beberapa quotes favorit saya dari H.C. Andersen:
Every man’s life is a fairy tale, written by God’s fingers
Life is like a beautiful melody, only the lyrics are messed up
It doesn’t matter if you’re born in a duck yard,
so long as you are hatched from a swan’s egg
Penulis : Indri Hapsari
Sumber : kompasiana.com