Lebih Dekat Dengan “Habib” Hassan

Keresahan jamaah dan  santri Majelis Taklim Salawat dan Zikir Nurul  Musthofa (NM) akhir-akhir ini makin  menjadi-jadi. Keresahan  ini  sebenarnya  sudah terjadi sejak  setahun lalu.  Semua dipicu kabar  miring tentang pimpinan tertinggi  NM, Al Habib Hasan  Bin Jafar Assegaf.  Aib sang  habib  menyebar melalui  jejaring  sosial facebook.  Habib Hasan  dikabarkan melakukan pencabulan terhadap sejumlah santri. Tuduhan  ini tentu menjadi  aib yang sangat besar, Semua dipicu kabar  miring tentang pimpinan tertinggi  NM, Al Habib Hasan  Bin Jafar Assegaf.

Sebutan habib dinisbatkan secara khusus terhadap keturunan Nabi Muhammad atau  keturunan dari  orang   yang  ber-talian keluarga dengan sang  nabi. Selain  bergelar Habib,  Hasan  juga ulama yang  cukup  kondang di Jakarta dan sekitarnya. itu punya ribuan  pengikut.  dan juga kerap  tampil di berbagai pengajian di masjid-masjid.

Tuduhan  pencabulan ini sebenarnya bukan  tuduhan  pertama bagi  Hasan. Sebelumnya, pada  2002, telah  muncul tuduhan serupa. Namun, karena korban hanya  satu  orang,  masalah diselesaikan secara kekeluargaan. Tapi kini santri yang mengaku dicabuli Hasan  makin banyak, jumlahnya yang melapor mencapai belasan.

Habib Hasan  sebenarnya juga bukan  tidak peduli dengan gunjingan jamaah dan santri NM. Pada 7 November 2011, ia pun menemui pendiri  Yayasan NM untuk berkeluh kesah sekaligus minta solusi.

Menurut SY, salah seorang yang ikut dalam  pertemuan yang digelar malam itu, wajah Hasan tampak pucat  dan takut.  Ketika ditanya tentang hobinya memasukkan santri pria ke dalam kamar, pria kelahiran 1 Januari 1977  itu mengakui dan merasa bersalah. “Habib  menjawab itu  merupakan ‘haal’  dan  dilakukannya secara tidak sadar. ‘Haal’ itu kata lainnya wangsit. Habib bilang “itu karena kewalian Ana,” kata SY menirukan ucapan Hasan  kepada majalah detik.

Setelah  pertemuan  itu,  aib  Habib  Hasan menyebar  ke  kalangan  habib  lainnya  di  Jakarta. Rabithah Alawiyah, lembaga yang mencatat   silsilah habib  di Indonesia, juga  sudah mengambil sikap. Informasi  yang   sampai ke majalah detik,  Hasan sudah ‘disidang’ oleh Rabithah.

Pada 16  November 2011,  Habib Salim  Alatas dari Front Pembela Islam(FPI) mendatangi rumah SY  untuk   memperjelas kasus memalukan itu. Dalam kesempatan itu, Salim juga mendengarkan pengakuan salah satu korban  pencabulan itu. Salim sebenarnya juga  bermaksud menanyai Hasan. Tapi, sang habib  seolah sembunyi. Saat dikonfirmasi, Salim tidak mau mengungkit cerita hari itu dengan alasan tidak mau mendahului Rabithah.

Beberapa hari setelah pertemuan dirumah SY, secara mengejutkan Hasan menyomasi 7 orang yang dituding aktif menyebar fitnah melalui facebook. Mereka yang disomasi yaitu Siti Maryam, Taslimah Nasofa, Indah F Sofiani, Muhlisoh, Usman, Fachrurrizal, dan Fachri. Menggandeng pengacara  Sandy  Arifin, somasi itu dilayangkan Hasan  dua  kali, karena somasi pertama tidak digubris.

“Kalau tidak dijawab juga, katanya,  akan  dilaporkan  secara perdata dan  ke  polisi,”  terang sumber yang mengetahui persis masalah ini kepada majalah detik.

Akibat somasi itu pula masalah sang habib makin membesar dan terbuka lebih lebar kepara jamaah NM. Hingga.akhirnya, pada 16 Desember 2011, korban dan keluarga yang diwakili Abdullah pun melapor ke Polda Metro Jaya.

Kabid Humas Polda Metro AKBP Rikwanto membenarkan laporan bernomor TBL/4432/XII/2011/PMJ /Dir Reskrimum tentang pencabulan  terhadap anak  dengan terlapor Hasan  bin Jafar.  Lalu,  pada  23 Desember 2011,  korban  mengadu ke Ketua FPI Habib Rizieq Shihab. Tapi rupanya para korban  kalah   gesit  dibanding   Hasan. Sang habib telah mendatangi Rizieq lebih dahulu. Didepan Rizieq, ia bersumpah tidak melakukan perbuatan cabul. “Yang bersangkutan bilang demi Allah katanya tidak melakukan perbuatan itu,” kata Salim.

Rizieq sempat berinisiatif memediasi, tetapi hingga kini tidak pernah terwujud. Kasus itu terus bergulir. Sang habib lantas diadukan ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pada 30 Januari 2012, kepada MUI, para  ibu korban  menyerahkan kronologi  perbuatan Hasan  berikut  doktrin sesat yang diajarkan di NM.

Tidak sampai di situ. Para korban juga terus berupaya membongkar tabiat Hasan. Selama dua hari berturut-turut, korban dan orang  tuanya mendatangi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).  Salah seorang korban, RZ, mengatakan, ia dulu memilih diam karena takut dituduh kafir dan mengkhianati Alquran

“Sekarang menjadi kewajiban saya untuk membuka semuanya, karena melihat banyaknya  korban, termasuk adik saya,” ujar  RZ, yang juga sudah meminta perlindungan ke LPSK ini.

KPAI mendesak polisi segera memeriksa Hasan. Komisi minta polisi memakai Undang-undang Per- lindungan Anak No. 23/2002 untuk  menjerat Hasan, KPAI  tidak  menoleransi setiap tindakan kekerasan terhadap anak. lda  Budhiati Komisioner KPAI juga  bersikap sama dengan meminta Polisi bertindak tegas, bila terbukti  tersangsa berbuat cabul terhadap anak, maka harus  dibawa  ke  pengadilan. tidak  dapat  dibenarkan seorang lakukan tindakan tercela kepada muridnya. Ujar Ida.

“Tapi bila tidak terbukti, namanya harus direhabilitasi,” kata Ketua Rabithah Alawiyah Habib Zain bin Smith kepada majalah detik

Hasan sendiri belum bersedia ditemui wartawan. Iapun tidak memenuhi panggilan untuk diperiksa KPAI Jumat 17 Februari 2012. Majalah detik beberapa kali bertamu ke markas NM, tapi Hasan  selalu tidak berhasil dijumpai. Surat permintaan wawancara yang dikirim ke Gang Manggis juga belum  mendapat jawaban.

Namun, pengacara Hasan, Sandy Arifin yang sebelumnya selalu mengelak diwawancarai, akhirnya membantah tudingan pencabulan yang dilakukan Hasan. “Tidak ada, itu tidak benar. Habib tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu,” bantahnya.

Pengacara: Habib Ikuti Proses Hukum

Lama enggan dikonfirmasi dengan alasan harus berkonsultasi dengan AlHabib Hasan bin Ja’far Assegaf,  Sandy Arifin akhirnya berbicara. Pengacara Hasan itu menyangkal kliennya berbuat cabul  kepada  para  santri Majelis Taklim Salawat dan Zikir Nurul  Musthofa  (NM) seperti yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya.

Hasan sendiri, kata Sandy, tak begitu terpengaruh oleh tuduhan pencabulan itu. Hasan tetap  sibuk berdakwah. Namun, menurut Sandy,  Hasan  akan  mengikuti proses hukum  di kepolisian. Berikut wawancana reporter majalah detik,  Isfari Hikmat dengan Sandy Arifin melalui  telepon, Kamis 16 Februari 2012.

Apakah  benar Habib Hasan melakukan pencabulan terhadap santrinya?

Tidak ada,  itu tidak benar. Habib tidak  pernah melakukan perbuatan yang seperti itu.

 Anda berniat melaporkan untuk pencemaran nama baik?

Tidak perlu.  Tinggal mengikuti proses hukumnya saja. Kan sudah pernah dilaporkan ke Polda.

 Habib dapat dijerat dengan pasal perlindungan anak atas perlakuan seksual terhadap anak di bawah umur.  Bagaimana tanggapan Anda?

Kita serahkan semuanya kepada proses hukum yang berlaku.

 Kasus ini tidak menghentikan kegiatannya berdakwah?

Habib  (saat  ini) masih terus sibuk berdakwah. Saya juga belum ketemu Habib.

 Banyak korban yang melaporkan perbuatan Habib.  Apakah ada maksud tertentu Habib dilaporkan atas kasus pelecehan seksual?

Saya tidak bisa memberikan penjelasan lebih banyak, karena belum  banyak berkomunikasi dengan Habib.

Birahi Dibalik Jubah

 Hati  ente  kotor benar. Banyak setannya, nih. Mau dibersihin nggak hatinya?”. RZ tidak  akan  pernah lupa  dengan kalimat itu  meski 10 tahun sudah berlalu. Kalimat  itu merupakan rayuan  Al Habib Hasan  Bin Jafar Assegaf  sebelum melakukan pencabulan. RZ, yang  kini  berusia 28 tahun   itu  adalah salah satu korban HabibHasan.

“Pertama-tama Habib mencoba membaca pikiran saya. Ia membuka kejelekan saya, sehingga saya  merasa berdosa dan  menangis,” kata  RZ saat ditemui majalah detik.

Setelah itu, Hasan menyuruh RZ untuk memijat kaki sang guru. Puas dipijat,  gantian Hasan   yang beraksi. Ia meraba-raba dada  RZ sambil  terus membisikkan rayuan  ke telinga  santrinya itu. Aksi Habib Hasan terhadap RZ pertama kali dilakukan sekitar  akhir 2002 dirumah Haji Atung di Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Awal-awal berdakwah di ibukota, habib kelahiran Kramat Empang  Bogor  itu  memang masih menumpang di sejumlah tempat.

Sepuluh tahun lalu, RZ boleh dibilang  masih murid baru di Majelis Taklim Salawat dan Zikir Nurul Musthofa (NM). Ia menuturkan, setiap habis pengajian rutin Rabu malam, Hasan selalu memanggilnya masuk ke kamar. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang oleh Hasan.

Seiring berjalannya waktu, perlakuan Hasan terhadap RZ semakin jauh. RZ bercerita, ia diminta mencium bibir Hasan  serta menelan air liurnya. “Dia bilang, ‘ayo luapin nafsu  ente.  Anggap aja ane pacar atau  istri ente,” bujuk Hasan.

Puncaknya sekitar tahun 2006, Hasan meminta RZ membuka kain sarung yang melingkar di pinggangnya. RZ seketika menolak. Sejak itu, ia tak pernah dipanggil lagi kekamar. Tahun  2007, RZ memutuskan keluar dari NM. Menurut RZ, banyak rekan-rekannya di NM saat itu yang sudah menjadi korban pencabulan. Namun, semua mengunci mulut.  Di samping itu, para  korban takut  terkena tulah  dari seorang yang mengaku wali apabila  berani  bicara.

“Di Nurul Musthofa  itu, perintah guru adalah amr atau  wajib ditaati,” kata bekas salah satu  kru NM itu. Orang yang melawan kemauan sang  guru  akan dianggap mengkhianati Alquran  dan  dicap  sebagai bukan muslim lagi. Pernah, pada 2002 seorang santri membongkar pencabulan  itu.  Masalah itu selesai secara musyawarah, tapi santri malang itu tetap  saja dianggap golongan lain.

Pada 2004, Hasan pernah berjanji akan menyetop kebiasaan tersebut setelah menikah. Namun, kenyataannya perbuatan itu kian langgeng dilakukan. “Justru sekarang korbannya makin banyak.  Termasuk adik saya  sendiri,”  kata  RZ, yang ditemui  usai  melapor ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Sampai  saat ini, para korban pencabulan di NM yang telah mengadu ke Polda Metro Jaya dan KPAI ada 11 orang. Selain kru NM, korban berasal dari keluarga yang sempat dekat dengan Hasan, yaitu mereka yang ikut mendirikan dan membesarkan Yayasan NM.

Perbuatan Hasan  makin menjadi ketika ia telah mempunyai rumah sendiri di Jl. RM Kahfi, Gang Manggis,  Jagakarsa. Rumah yang juga difungsikan sebagai pusat kegiatan NM itu dikenal dengan sebutan Istana Seggaf

Di dalam ‘istana’ nan megah itu, terdapat basement tempat menginap para kru  NM. Sementara kamar sang  habib  berada di lantai  satu  dan  lantai dua. Menurut cerita yang berkembang dari  sejumlah korban, perbuatan cabul itu kadang dilakukan di kamar lantai satu  maupun lantai dua.

Bila dahulu Hasan memanggil santrinya  sehabis pengajian, maka permintaan itu kini dikirim melalui  SMS, BlackBerry Messenger (BBM), maupun via facebook. Majalah  detik  memeroleh salinan pesan panggilan Hasan  itu  melalui  dua akun  facebook-nya: “Mengemis Doa Kalian” dan “Assegaf Beda Cara”

Melalui pesan facebook, Hasan meminta santrinya masuk kedalam kamar dengan kode- kode tertentu. Misalnya, “Spg”, “coli”, dan “ke kamar jangan   kelihatan  orang   satupun”.  Kata-kata  yang mirip  juga  dituliskan oleh  Hasan   saat membujuk santrinya  menggunakan SMS  seperti “emut”   dan “kangen.

Di kamar Istana Seggaf, praktik asusila itu juga berkembang sedemikian parah. Menurut salah satu korban, ST, suatu kali ia pernah diundang masuk ke kamar habib. Di kamar itu, selain diraba dadanya dengan alasan untuk  mengusir setan jahat, ia juga dioral.  ‘Ayo, keluarin nafsunya,’  ucap  ST menirukan Hasan.

Skandal seks itu disebut-sebut tak hanya dilakukan sang guru  dengan seorang santrinya, melainkan lebih dari dua laki-laki. Hasan juga sering menyuruh sesama santrinya untuk  melakukan adegan persetubuhan. Adegan itu dimintanya difoto dan dikirim kepadanya melalui  handphone.

Pelecehan seksual itu juga  terjadi tanpa memandang waktu  dan   tempat lagi. ST menambahkan, ia  pernah dihubungi  Hasan   pada bulan  puasa 2010. Selepas salat tarawih,  panggilan ke   kamar  habib   pun   datang. Setelah  melakukan  oral   seks, ia diberi  uang  Rp 100 ribu  dan disuruh makan sahur bersama teman-temannya.

Seorang ibu menuturkan, Hasan  mencabuli anaknya, H, ketika  berada di Mekkah,  Arab Saudi.  Ceritanya,  pada  2009 itu, ia diajak umroh oleh Hasan  dan istrinya   ke  tanah  suci. Seusai salat Isya di Masjidil   Haram, Hasan  dan  H menghilang entah kemana. “Eh, tahu-tahu sudah di kamar hotel saja. Anak saya duduk dipangkuannya dengan atasan terbuka,” terang ibu tersebut kepada majalah detik.

Sama dengan RZ, rata-rata korban habib yang berusia belasan tahun itu Cuma bisa memendam masalahnya dalam hati. Lagi pula, mereka tak berani melawan  kemauan Hasan. Selain karena ulama besar, sang  guru selalu menyatakan tindakannya itu berdasarkan sifat kewalian  yang dipunyainya.

Selain pihak-pihak yang membongkar tabiat Hasan, banyak pula para jamaah NM yang  tetap memercayai kesucian sang  habib. Tak ayal, ‘perang’ di  jagad maya pun   terjadi   antara  mereka  yang berpihak kepada korban dan kepada Hasan.

Sementara di dunia nyata, dukungan terhadap Hasan juga  tetap  besar. Acara pengajian Nurul Musthofa di Kalibata, Jakarta Selatan, sabtu 12 Februari 2012 malam lalu dihadiri oleh ribuan jamaah. Hasan juga  tampil  percaya diri di tengah- tengah jamaah pengajian. dalam pengajian itu, ia juga membawa serta istri,  dan  seorang anaknya yang masih kecil, Ali, seolah ingin menegaskan tidak ada yang  salah dengan dirinya. Dipanggung bahkan ia bercerita soal kehamilan  sang istri yang akan melahirkan anak keempat. “I love you mom, I love you full,” kata Hasan yang  disambut tawa jamaah.

Sementara sang anak diminta tampil dipanggung untuk  membacakan doa pada  orang  tua.  “Anak gua aja ini bisa,  noh duduk,” kata Hasan setelah Ali selesai membaca doa. Orang di lingkaran dekat Hasan, Abdurrahman, menyatakan apa yang dibeberkan para korban itu adalah fitnah. Fitnah  itu dikhawatirkannnya akan memecah belah kesatuan umat Islam. “Anda memang nggak mau  menyelamatkan umat  yang sedang  dipecah belah  gini?” tanyanya  kepada majalah detik.

Pengacara Hasan, Sandy Arifin juga memberikan bantahan soal  dugaan pencabulan si habib.  “Tidak ada,  itu tidak benar. Habib tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu,” bantah Sandy.

Belum Ada Bukti Habib Hasan Sesat

Hujan mengguyur kawasan Jakarta akhir  Januari 2012. Ditengah deras hujan itu,  rombongan ibu-ibu pengajian terus berupaya mencari Kantor Majelis Ulama Indonesia(MUI) Pusat yang terletak di Jalan Proklamasi. Dengan menyewa angkot, para ibu dari majelis taklim Al Fakihiyah, Jagakarsa,  berputar-putar  di sekitar Tugu Proklamasi selama 2 jam. Maklum mereka tidak tahu alamat MUI. Begitu  juga sopir angkot  yang membawa mereka.

Tapi semangat mantan jamaah Majelis Nurul Mustof (NM) itu tidak kendur. Mereka sudah bertekad melaporkan pimpinan Majelis NM, Habib Hasan bin Jafar Assegaf, yang diduga melakukan tindak  pencabulan terhadap belasan santri prianya yang berusia 14-19 tahun,  sejak 2002. Bukan hanya urusan pelecehan seksual saja  yang dilaporkan.

Mereka juga melaporkan sang habib  ke MUI karena dianggap memberikan ajaran yang menyimpang dari syariat  Islam. “Intinya  kami  sudah muak dengan perilaku habib yang menyimpang,” ujar  Maryam,  salah satu  perempuan yang ikut melapor ke MUI.

Penyimpangan yang dilaporkan ke MUI pada 30 Januari 2012 itu diantaranya, membiarkan pencampuran jamaah lelaki dan perempuan. Sang Habib mendalilkan itu berdasarkan pengamatan adanya  percampuran jamaah lelaki dan perempuan saat beribadah di Masjidil Haram.

Habib Hasan juga memberi ajaran lebih mengutamakan amalan sunnah seperti salawat daripada salat fardu Subuh, karena pengajian yang dilakukan  mulai larut malam. Ajaran  sesat lainnya,  kata  ibu-ibu  pelapor itu, banyak kru NM yang meninggalkan salat  karena telah dijamin  masuk  surga oleh sang  gurunya  itu.

Doktrin-doktrin ini dengan mudah masuk, karena sebagian besar jamaahnya adalah murid yang taat,  berusia muda, tapi memiliki pengetahuan agama yang dangkal. Para jamaah juga begitu mengagumi dan mengkultuskan Habib Hasan, sehingga makin mempermudah dicekoki doktrin sesat itu.

“Kepada semua korban, Habib Hasan selalu beralasan bahwa dia Wali Allah, bukan atas kehendaknya sendiri,” ujar keluarga korban yang enggan namanya disebut. Selain kepada MUI, para korban juga  melaporkan ajaran sesat Habib Hasan  kepada Rabithah Alawiyyah Indonesia, organisasi perkumpulan habib se-Indonesia.

Namun  hingga kini laporan soal tudingan ajaran sesat  itu  belum ada buktinya. Biasanya kasus pencabulan memang dilandasi ajaran sesat. Namun untuk membuktikan kesesatan sebuah ajaran bukan perkara   mudah. Butuh waktu panjang untuk penelitian dan pengkajian.

“Ada 10 butir tentang aliran sesat. Harus dilakukan pembuktian oleh Komisi Pengkajian dan Komisi Fatwa. Dirapatkan, dan disesuaikan dengan 10 butir kriteria ajaran sesat tersebut,” kata Ketua MUI Amidhan saat dikonfirmasi majalah detik. Amidhan mengaku belum menerima laporan  soal  ajaran sesat Habib Hasan. “Mungkin laporannya hanya  sampai di staf, bukan ke kita. Nanti saya cek lagi,” ujar Amidhan.

Sementara Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, mengaku, belum mendengar ajaran  sesat  yang  dilakukan Majelis NM. Tapi, kata Nasaruddin, jika pencabulan disebut sesuai ajaran  Rasulullah, dan  dilakukan atas tuntunan kewalian, itu salah besar. “Kalau  itu yang terjadi, itu tidak boleh lagi ditolerir,” tegas Nasaruddin.

Besar, karena Assegaf Beda Cara

Jalan Raya Kalibta  akhir  pekan  lalu mendadak ramai. Ribuan  warga  yang kebanyakan anak muda,  berbondong-bondong datang  ke sebuah masjid Habib Ahmad, yang terletak di belakang mal Kalibata. Parkir sepeda motor tampak membludak. Deretan umbul-umbul  bertuliskan  Majelis  Taklim  Salawat dan Zikir Nurul Mustofa (NM) pun berjejer sepanjang satu Kilometer dari lokasi  pengajian. Di lokasi  pengajian juga berjajar pasar kaget yang menjual aneka aksesori busana muslim maupun buku-buku tentang agama.

Malam semakin larut. Ketika jarum  jam menunjukkan pukul  22.30  WIB, habib  yang  dielu- elukan  pun akhirnya  datang. Turun dari mobil Toyota New Camry  bernopol B 1 NM, Al Habib Hasan  Bin Jafar Assegaf  langsung berjalan menuju  panggung yang terletak di depan  Makam Habib Ahmad. Duarr, duarr!  Kembang api  menyalak mengiringi langkah sang  habib.  Salawat pun  bergemuruh menyambut Habib Hasan.

Malam itu ia memakai jubah, dan sorban putih tampak membalut tubuh Habib Hasan. Tak tertinggal kacamata dan sebilah tongkat yang selalu dibawa setiap mengisi pengajian. Tema ceramah yang dibawakannya adalah tafsir  surat al-Asr,  surat pendek yang berbicara tentang waktu.

Setelah menafsirkan surat al-Asr dengan singkat, habib lantas bercerita tentang perjalanan kehabibannya beserta  keluarganya. Tak sekali  pun Habib Hasan menyinggung tudingan pelecehan seksual  yang  dialamatkan  kepadanya oleh  bekas santrinya di NM. Usai pengajian, Habib Hasan  tak buru-buru turun dari panggung. Ia harus menunggu jamaahnya yang ‘tumplek-blek’ disepanjang  jalan membubarkan diri. Sebagian sengaja menunggunya dibelakang panggung untuk mencium tangan sang  habib.

Namun,  untuk   mencium  tangan  habib   bukan perkara mudah, sebab begitu  habib  turun, puluhan pengawal yang mengenakan kemeja putih, jas hitam, dan  dasi  berwarna ungu  langsung membuat pagar hidup   untuk    memudahkan  sang    habib   berjalan menuju  kendaraannya.

Pulang ke  kediamannya di kawasan Jagakarsa, sang  habib  kembali   mendapat  pengawalan ekstra ketat   dari   pengikutnya.  Mereka   mengawal  Habib Hasan  dengan menumpang dua unit mobil Fortuner serta sebuah Mercedes Benz bernopol B 3 NM. Bagi  sebagian warga Jakarta, Habib Hasan adalah fenomena. Mereka begitu gandrung dengan sosok sang habib, yang   disebut-sebut punya garis keturunan langsung ke  Rasulullah SAW. Apalagi  usia sang habib itu masih muda  dan berwajah tampan.

Habib  Hasan lahir di Kramat Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor, 1 Januari 1977. Ia merupakan putra Habib Jafar bin Umar Assegaf.  Habib  Hasan merupakan anak sulung yang  memiliki tiga adik, yaitu Yakut Mustofa, Abdullah, dan Khosim.

Bila dilihat dari silsilah keturunan, Habib Hasan merupakan cicit dari Al Habib Abdulloh bin Muksin Alatas, seorang ulama besar di Bogor. Bahkan, hingga kini makam kakeknya sering diziarahi masyarakat. Makam ini dikenal  sebagai Makam Kramat Empang  karena letaknya tak jauh dari Pasar Empang  dan Kebun Raya Bogor.

Hasan kecil sudah rajin mengaji. Untuk  belajar huruf  Arab dari Syaikh Usman Baraja, I ia belajar bahasa Arab dari Syaikh Abdul Odin Ba’salamah. Sementara belajar Ilmu Nahwu  dan Shorof kepada Syaikh   Ahmad   Bafadhol. Itu dilakukannya sejak duduk di SD hingga SMA. Selepas itu, Hasan  kuliah di IAIN Sunan  Ampel, Malang.

Selama di Kramat Empang, Hasan  pernah memimpin Majelis Taklim Al Irfan pada 1998. Hasan  pertama ke  Jakarta dibawa oleh Usman Aray pada awal  2000. Saat  itu, Usman berpromosi sang   habib   bisa   menyedot  warga Jakarta dalam setiap pengajian. Sebab, banyak warga  Jakarta yang gandrung dengan kharisma para  habib.

“Tapi  sekarang disebut bukan saya yang  bawa. Saya sih bersyukur saja  karena jadi tak tersangkut dengan kasus Habib,” kata  Usman kepada majalah detik.

Karena  belum  punya  tempat tinggal,  Hasan  yang  dulunya  berperawakan kurus itu ‘numpang’ di Masjib Baiturrahman. Lalu, ia ditampung di rumah beberapa tokoh  seperti dikediaman Haji  Atung,Haji Makmum,  Haji Nurul, yang terletak di wilayah Jakarta Selatan. Kegiatan dakwah Habib Hasan  awalnya dilakukan secara keliling dari kampung ke kampung. Santrinya masih sangat sedikit.  Lantas, didirikanlah Yayasan NM oleh  Habib bersama orang-orang yang pernah ditumpanginya untuk hidup.

Hasan kemudian punya rumah sendiri yang disebut sebagai Istana Seggaf.  Rumah di Jl.RM Kahfi I, Gang Manggis,  Jagakarsa, itu menjadi  pusat kegiatan NM hingga saat ini. Habib Hasan lalu menikahi Syarifah Muznah binti Ahmad Al Haddad (Al Hawi)  pada 2004 dan dikaruniai tiga  anak.   Kini Syarifah sedang  mengandung anak keempat.

NM  mulai berkembang pesat pada 2006. Tak bisa dipungkiri, sukses NM itu  sebagian berkat adanya  Majelis Rasulullah(MR) yang telah   hadir   terlebih dahulu   di  Jakarta. Seorang bekas  kru  NM mengatakan, saat  itu MR memang menjadi rujukan NM dalam menggelar pengajian- pengajian. Bahkan, beberapa  ornamen seperti hadrah, umbul- umbul,  dan dokumentasi dipinjam NM dari MR.

NM  lantas  membentuk  tim   tersendiri  untuk memoles citra majelis. Usaha itu membuahkan hasil. NM makin  semarak, jamaah NM pun  berkembang pesat. Boleh  dikata,  NM telah  menguasai seluruh Jakarta dan  menjadi  majelis  taklim  terbesar kedua setelah MR.

Saat  ini,  jumlah   jamaah NM diklaim  sebanyak 50 ribu orang.  Tak mau  kalah  dengan MR, sejumlah pejabat mulai  dari Fauzi Bowo hingga  Presiden SBY pernah menghadiri pengajian NM. Namun, di balik kesuksesan NM itu, berhembus cerita-cerita tak  sedap. Para kru  NM dibaiat  untuk selalu setia  dan mencurahkan seluruh hidupnya kepada Habib Hasan. Mereka didoktrin akan menjadi pasukan terdepan NM melawan orang-orang kafir dan dajal. Doktrin-doktrin seperti  itulah yang bikin kita semangat karena seolah membela panji-panji Islam dan  nabi.  Makanya  ini yang  disebut Assegaf  Beda Cara,”  kata  seorang bekas kru  NM. Assegaf  Beda Cara itu menjadi  salah satu  akun facebook  NM.

Habib  Hasan, tak sedikit  kru NM yang  mayoritas masih muda-muda, itu putus sekolah. Bekas   kru  NM itu, sebut saja RZ, sempat mencecap bangku kuliah disebuah universitas di Jakarta. Namun, karena waktunya  habis  untuk  NM kuliahnya terbengkalai.

“Habib bilang ngapain kamu sekolah? Mending ikutan habib akan dapat berkah,” ujarnya Tak cukup   sampai disitu. Para kru  NM juga dituntut loyalitasnya  kepada majelis  secara materi. Tak jarang  para  kru mesti  ‘nombok’ untuk  menutupi biaya  pengajian maupun  akomodasi Habib Hasan setiap hari. “Untuk pengawalan dua kan harus bayar total Rp 2,9 juta. Yang Rp 900 ribu saya yang nombokin dengan menjual HP,” katanya.

NM juga mendapat penghasilan yang besar dari setiap pengajian. Dari pihak  pengundang saja, NM mematok biaya Rp 15-20 juta per  pengajian. Belum lagi dari biaya parkir ribuan  kendaraan baik roda dua maupun empat yang dibawa oleh setiap jamaah ke tempat pengajian. Kabarnya,  setiap jamaah NM juga diminta  memberikan infak  sebesar Rp 20 ribu  per orang.

Saking terpesonanya dengan NM dan Habib Hasan, sebagian jamaah bahkan  merelakan harta  bendanya untuk  NM. Ada  cerita, beberapa jamaah menjual tanah, rumah, dan mobilnya untuk disumbangkan kepada NM. Akibat terlalu loyal salah seorang kepada Habib NM, sampai-sampai seorang jamaah itu dicerai oleh istrinya.

Namun, seluruh kabar  negatif  itu dibantah oleh salah seorang kru Habib Hasan. “Soal infak wajib itu nggak  ada.  Kalau sampai ada  yang jual rumah atau tanah untuk yayasan itu juga nggak benar. Nggak ada itu,” katanya  kepada majalah detik.

Melongok Istana Sang  Habib

Istana Seggaf. Ini adalah nama sebutan untuk markas Habib  Hasan  bin Jafar Assegaf,  yang terletak di Jalan Manggis,  Jagakarsa, Jakarta Selatan. Istana  itu merupakan tempat tinggal sekaligus kantor Yayasan Nurul Mustofa (NM) tempat sang  habib menggelar pengajian rutin setiap hari.

Istana  sang  habib  terletak di Jalan RM Kahfi I, Gang Manggis, RT 001/RW 01 No. 9A, Ciganjur, Jaga- karsa, Jakarta Selatan. Untuk mencari markas sang habib  sangat mudah, sebab di mulut  jalan  papan nama berukuran 3×4 meter bertuliskan Majelis Nu- rul Musthofa  dapat  jelas terlihat.

Di depan gang menuju markas sang habib terdapat kios yang menjual  buku,  kalender,  poster Habib  Hasan, buku agama Islam, souvenir seperti tasbih, minyak wangi, pakaian muslim hingga pulsa seluler. Semua kios itu dikelola murid-muridnya. Tepat di belakang kios terdapat pagar besi bercat hijau. Di balik gerbang terdapat  rumah petak sebanyak 3 pintu.  Rumah  ini juga  dihuni  sejumlah muridnya  yang  bertugas  sebagai penerima tamu.

Lebih ke dalam,  terdapat bangunan rumah yang cukup  besar bercat hijau.  Di rumah itulah  Habib  Hasan tinggal bersama istri dan tiga orang anaknya. Selain itu, di kawasan itu terdapat aula  tempat sang  habib  menggelar pengajian  rutin   setiap  malam,  diluar akhir pekan.

Belakangan, pascalaporan tudingan pencabulan pada mantan jamaahnya, sang habib dikabarkan lebih  banyak  mengurung diri di dalam “istananya”. Ia tidak mau  menerima kunjungan tamu  lagi. Begitu juga dengan wartawan yang berupaya minta  klarifikasi  terkait laporan beberapa jamaahnya ke  Polda Metro Jaya, 16 Desember 2011.

Majalah  detik  dan  wartawan Antv sempat mendatangi  istana sang  habib.  Namun  penjaga  rumahnya menolak memperkenankan  masuk dengan alasan harus membawa surat  tugas dari kantor media   masing-masing. Padahal wartawan yang datang sudah dilengkapi ID Card sebagai tanda penugasan liputan.  Bahkan seorang jamaahnya langsung memotret wartawan yang datang.

Beberapa hari kemudian majalah detik  mencoba mendatangi lagi markas sang  habib. Kali ini dibekali surat tugas berikut daftar pertanyaan untuk sang habib.  Namun  lagi-lagi  petugas jaga di Istana Seggaf tidak juga memperkenankan majalah detik untuk wawancara.

Bukan hanya di Istana Seggaf,  Hasan  sulit  ditemui.   Majalah  detik  juga  beberapa kali mendatangi tablig akbar  yang telah  dijadwalkan akan  dihadiri sang habib.  Namun  setelah dinanti, sang habib tak kunjung menunjukan batang hidungnya.

Majalah detik juga sempat menyambangi rumah orang  tua sang habib di Jalan Lolongok, Empang, Kota  Bogor. Di sana merupakan rumah orang tua sang habib. Namun saat didatangi rumah orangtuanya, Syarifah Fatimah selalu sepi. Bahkan warga setempat mengatakan kalau Habib Hasan sudah tidak pernah lagi datang ke rumah tempat sang  habib dilahirkan dan dibesarkan itu. Menurut beberapa jamaah yang ditemui di rumah sang Habib, untuk menemui Habib bukanlah perkara mudah. Para santri mengaku tidak terlalu sering bertemu Habib, meski dilokasi yang sama. Kesibukannya berkeliling daerah  untuk  berdakwah membuat para santri mafhum sulit menemuinya.

“Kalau ada pengajian khusus, biasanya ada (Habib),” ujar  salah seorang santri yang enggan di sebut namanya. “Hadiri  saja majelisnya,”  ujarnya.  Namun  pria yang  sudah menyantri di NM 5 tahun  lebih  ini pun tidak menjamin dapat  menemui habib. Seringkali mereka sendiri mengaku hanya  melihat dari  layar proyektor. Mereka juga menolak untuk sekadar menjelaskan kegiatan diyayasan. Sesuai dengan perintah Habib, semua penjelasan hanya  dapat  disampaikan oleh Habib sendiri.

“Cuma Habib yang dapat memberikan penjelasan,  atau lihat  saja  di web kami,” terangnya. Upaya untuk menemui Habib di Istana Seggaf sebutan untuk pesantren binaannya, juga bukan perkara mudah. Sejumlah murid seperti dikomando untuk bungkam. Padahal pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Sudah menjadwalkan untuk memanggil Habib  guna mendengarkan penjelasan Habib pada  Rabu, 15 dan 16  Februari 2012 lalu, Namun Habib  Hasan tidak datang. Yang hadir  hanya  utusan khusus sang habib,  Gondho  Yudistiro. “Saya hanya  utusan untuk menyampaikan kalau  beliau  tidak  bisa  hadir,”  kata Gondho setelah menemui KPAI.

“(Habib Hasan) Beliau sibuk berdakwah,” kata Abdulrahman, salah seorang pengurus yayasan.  Namun  kegiatan di Yayasan NM masih seperti biasa, pada Rabu, 15 Februari 2012, malam. Sejumlah santri tetap  melakukan kegiatan taklim bersalawat selepas  magrib. Jumlahnya tidak seramai saat ada kegiatan acara besar. Setelah azan Isya, mereka melakukan persiapan untuk menggelar tablig  akbar pengajian NM saban malam Minggu.

Beberapa santri tampak sibuk mengangkut perlengkapan, termasuk menerima baju koko dan aksesori lainnya yang dijual ditoko  milik  yayasan. Sementara  tumpukan bambu untuk pemasangan “Malam   minggu ini ada acara di Utan Kayu,” terang salah seorang santri Persiapan rencananya untuk menyambut 25.000 jamaah se- Jabodetabek.

Kegiatan itu sudah dipastikan menutup jalan, mengingat pusat kegiatan hanya di masjid. Layar monitor dan sound system termasuk genset sudah dikerahkan. Meski diterpa masalah, para  santri mengaku jumlah  santri setiap kegiatan tablig tidak berkurang. “Bahkan jumlahnya terus, bertambah,”ujar pria asal  Sumatera Utara itu.

Koordinator lapangan NM, Abdulrahman, menjelaskan Habib tidak susah ditemui. Hanya saja setiap usai berdakwah ia selalu kecapaian dan langsung pulang Abdulrahman menjelaskan dalam sehari, Habib memiliki kegiatan dakwah  cukup banyak. Paling sering dilakukan pada sore hingga malam, bahkan pernah juga sampai pagi dini hari. Mengenai  permasalahan yang menimpa Habib, dia menjelaskan itu semua hanya  hasutan dan  fitnah. “Umat sedang di pecah  belah, kasihan umat jadi kocar-kacir,” lanjutnya

Wakil Menag Nasaruddin Umar : Jangan Sakralkan Tokoh Kecuali Nabi

BagaiMana kasus pencabulan yang dituduhkan kepada Habib Hasan pimpinan Majelis Salawat dan Zikir Nurul Musthofa?Saya tidak tahu soal itu. Saya kaget juga mendengar ada  laporan itu dari anda.

Korban dan keluarganya juga melaporkan ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam. Pelaku men- gatakan pencabulan ini sesuai ajaran Rasulullah, dan dilakukan atas tuntunan kewalian. Tanggapan Anda?

Kalau  itu  yang  terjadi,  itu  tidak boleh  lagi  ditolerir  siapa  pun.  Itu kan  sudah dua yang  dilanggar. Me- langgar hukum  pidana  dan hukum agama. Saya sangat menyesalkan kalau  itu  terjadi,  tapi  karena itu  su- dah   merupakan  tindakan  kriminal, ya wewenangnya bukan  Kementerian Agama, tapi kepolisian

 Sejumlah keluarga korban dan jamaah, serta  kalangan Habib  juga resah dengan kasus ini.  Apa upaya Kemenag?

Kami mengimbau para  jamaah untuk berhati-hati. Jangan memberikan kepercayaan sepenuhnya, kritis- lah  terhadap seseorang. Kalau kita terlalu mensakralkan seseorang  itu akibatnya bisa macam-macam. Kita tidak boleh  mensakralkan seseorang kecuali  Nabi Muhammad, itu pun sebagai Nabi.

Sampai saat kasus habib masih belum ada kejelasan penyelesaianya.

sumber : majalah Detik, Edisi 12.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *