“Emangnya Kalo Homo Ga Mikir Bangsa?”

Jakarta.ourvoice.or.id – Tulisan ini saya dapat  dari  teman perempuan ketika mengucapkan ulang tahu buat Toyo difacebook. Namanya Maria Sahida. Tidak tahu apakah itu nama sesunggunya atau hanya nama di facebook.  Maria anggota di salah satu ormas partai besar di Indonesia. Berikut “celotehnya” di wall facebookku:

Toyo, kemarin ultah ya (3/3/2012)? Tambah dewasa, tambah bijaksana, atau sekedar tambah tua?  Barusan aku ngobrol dengan temanku; dia bilang dia jijik melihat gay, homoseksual. Dia pecinta Wanita, pemuja seks gaya-nya. Tidak jelas yang dimaksud Sahida ini, temannya cowok atau cewek, Toyo pikir pasti cowok

Ada temanku yang bilang dosa, melanggar aturan agama. Bah, agama dibawa-bawa pula. Yang korupsi emang ga dosa? Dosa ternyata urusannya di kelamin saja #ketawa
Aku cerita tentang kejadian yang menimpamu beberapa tahun lalu.  Sebagian bereaksi murka.  Betapa tindakan-tindakan aparat kepolisian begitu hina.  Sejujurnya, bukan itu saja prilaku polisi yang hina.  Beberapa bungkam, terdiam.  Tapi tetap saja katanya, jijik melihat gay, homoseksual. Tapi terhadap lesbi mereka berbeda. Lebih seksi karena payudara, lebih menggairahkan karena itu vagina. Intinya: vagina – payudara.

Kami eksplorasi panjang tentang  gay, lesbi, Waria.  Ada yang meyakini oral waria lebih dahsyat dari Wanita. Entahlah, bisa jadi itu pengalaman atau sekedar omongan.  Kukatakan, Waria itu luar biasa, selalu ceria.  Meski selalu dibully (diejek/mendapatkan kekerasan) warga, diteriakin, dihina-hina, mereka tetap ceria.  Aku berimajinasi, tentang Indonesia dengan presiden seorang Waria.  Presiden tentara sudah biasa, ulama, teknokrat, Wanita semua sudah.  Tapi presiden Waria? hmh, buat saya akan lebih keren.

Bolehlah tubuh Waria adalah lelaki, tapi manusia bukan hanya tubuh.  Perempuan sosiologis namanya, istilah yang kudapatkan.  Waria, dengan aksen “tanpa bermaksud menghina”, akan membuat saringan dari derasnya modal asing, mengeksploitasi semesta, mencelakai manusia.  Waria akan menjewer para polisi dan tentara yang memperlakukan rakyatnya bukan sebagai manusia.  Bisa jadi, polisi dan tentara berjalan sewajarnya.  Pengayom warga, pelindung negara.  Bukan centeng alias satpam alias jagoan perusahaan-perusahaan.  Ini bukan sekedar persoalan tubuh.  Berpayudara atau tidak ini soal cinta, mencintai.  Mencintai hidup, mencintai tanah air, mencintai manusia, kemanusiaan, mencintai kemerdekaan #ayo merdeka, kuteriakkan pelan.

Toyo, selamat ulang tahun ya.  Sehat – semangat dalam kobaran perjuangan rakyat. Mengutip kalimatmu terakhir jumpa. “Emangnya kalo homo  ga  mikir bangsa?”, buat saya, kamu luar biasa
peluk-cium
Maria Sahida ( [email protected] )
*Tulisan miring merupakan tambahan dari Toyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *