Eksistensi Waria di Yogyakarta Fashion Week 2012
Yogyakart. Ourvoice – Sekitar 50 waria ikut terlibat dalam Yogyakarta Carnaval yang merupakan bagian dari rangkaian Yogyakarta Fashion Week 2012. Kostum yang dikenakan dominan berwarna merah, karena tema yang diusung kali ini Gempita Sukma Raya, yang artinya keceriaan untuk semua.
Acara yang berlangsung Sabtu, 7 Juli 2012 ini, diikuti ratusan orang dari berbagai elemen masyarakat. Mulai dari seniman, designer, siswa, mahasiswa hingga waria. Kelompok Waria sendiri terbagi menjadi 2 team. Cut Nyak Dien dan Kartini Kebaya. Sejak pukul 14:00, seluruh peserta sudah bersiap-siap merapatkan barisan di gedung dinas pariwisata Yogyakarta Jl. Malioboro.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, pada pukul 15:00 rombongan waria yang terbagi menjadi tiga barisan mulai berjalan secara terarah sambil berlenggak-lenggok dengan diiringi mini drumband. Dengan anggun puluhan waria mengikuti gerak Arum, waria yang bertugas sebagai koordinator pelaksana.
Ini adalah ketiga kalinya waria ikut serta dalam acara tahunan yogyakarta fashion week. “Ini adalah salah satu strategi supaya publik dapat mengetahui keberadaan waria dan mengurangi diskriminasi,” ungkap Rully Malay, waria dari LSM Kebaya yang juga merangkap sebagai konsultan Yogyakarta Fashion Week 2012.
Walaupun ada berbagai suit suit dan teriakan yang terkesan melecehkan, tidak menggetarkan puluhan waria untuk tetap merautkan senyuman ke penonton. Alhasil, banyak para wisatawan dari lokal dan mancanegara. Terutama Jennifer dan Shanne dari Belanda yang terkesimak akan pakaian tradisional yang dikenakan para waria.
Setelah berjalan sekitar satu kilometer, keluarga besar waria yang terdiri dari organisasi Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO) dan LSM Kebaya ini berakhir di Gedung Vredeburg. Kegiatan ini semakin menunjukkan kalau waria turut serta dalam pembangunan dan pariwisata.