[Cerpen] Pelangi Itu Ada di Indonesia

 Oleh: Arif Young

ilustrasi

Aku adalah seorang anak Indonesia. Aku lahir di Bali yang tumbuh besar di Jakarta. Aku mempunyai banyak teman, dari beragam suku bangsa, agama, dan ras. Meskipun berbeda agama, Aku bersyukur tidak ada diskriminasi di sekitarku. Aku mempunyai sahabat terbaik, mereka bernama Kevin, Anita, Julianna, Ali, dan Lim. Kevin adalah seorang  Katolik yang taat. Anita adalah pengikut setia Buddha dan rajin ke klenteng. Julianna adalah seorang Protestan yang agamis dan rajin ibadah di gereja. Ali merupakan seorang Muslim yang soleh dan rajin membaca Al-Qur’an. Dan juga Lim, seorang Khong Hu Cu yang sangat mempercayai ajaran Konfusius. Sedangkan Aku, adalah seorang Hindu yang sangat percaya dengan ajaran Weda. Mereka adalah sahabat terbaik yang Aku punya di dalam hidupku. Mereka semua datang dari keluarga berada, termasuk Aku. Saat ini kami kuliah di salah satu Universitas Swasta di kota Jakarta, tetapi kami semua berbeda jurusan. Kevin mengambil jurusan komunikasi, Anita mengambil jurusan sastra, Julianna mengambil jurusan kedokteran, Ali mengambil jurusan ekonomi, dan Lim mengambil jurusan desain busana. Sedangkan Aku mengambil jurusan teknologi informasi. Kami sudah bersahabat dekat sejak Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta. Kami memutuskan untuk memilih satu kampus, karena kami sudah sangat dekat. Namun, ada perbedaan dalam kedekatan itu. Aku akan menceritakannya disini.

(Pada saat kami berlima berkumpul di kantin kampus)

“Teman-teman, maaf ya baru selesai kelas nih aku”. Datang Julianna sambil menenteng buku-buku besarnya itu.

“Ah, si tomboy lama aja deh!” Canda Kevin meledek Julianna.

“Biasa lah abis praktikum tadi.” Kata Julianna.

“Gimana praktikumnya, sukses ga?” Tanya Anita lembut.

“Puji Tuhan, sukses dong sayang.” Jawab Julianna dengan muka bahagia.

“Yeeeeeaaay! Seneng dengernya.” Sahut Anita.

“Oh iya, rencananya abis ini kita mau ke Mall nih. Mau main ice skating. Mau ikut ga, Jul?” Tanyaku.

“Hmm.. Boleh. Kamu ikut ga?” Tanya Julianna ke Anita.

“Aku ikut kok. Nanti kita pulang bareng ya!” Jawab Anita.

“Iya, siap dianterin kok sampe rumah.” Sahut Julianna.

“Ayo berangkat sekarang aja lah.” Ajak Ali.

Kami pun bergegas menuju parkiran mobil. Seperti biasa, Julianna bareng dengan Anita, Kevin bareng dengan Lim, dan Aku bareng dengan Ali

***

Pada saat sudah sampai di salah satu Mall di daerah Jakarta Barat, kami langsung menuju arena ice skating.

“Ayo buruan dong jalannya!” Ucap Ali.

“Iya bawel, jangan mentang-mentang tinggi deh. Langkah kamu kan gede-gede, Ali!” Jawab Lim.

“Hahaha sabar ya, Lim.” Sahut Aku.

Mungkin dari sini akan Aku terangkan lagi siapa kami, Ali adalah orang Indonesia keturunan Iran-Yogyakarta. Wajar saja bila postur tubuhnya tinggi, gagah, dan besar. Sedangkan Lim adalah orang Indonesia keturunan China-Lampung. Wajar saja bila tubuhnya sepadan dengan orang Indonesia lainnya. Sementara itu, Kevin, Anita, Julianna, dan Aku adalah orang Indonesia asli. Kevin keturunan dari Sunda-Maluku namun berkulit putih. Anita keturunan dari Kalimantan-Jawa. Julianna keturunan dari Manado-Jawa. Sedangkan Aku keturunan Bali asli. Tetapi tinggi badan kami di atas Lim semuanya.

Sesampainya di arena ice skating.

“Ayo jangan lupa pake semua perlengkapannya.” Ucap Aku.

“Siappppp.” Jawab Ali sambil tersenyum kepadaku.

“Bagus!.” Sahut Aku sambil membalas senyumnya.

“Siap meluncur kawan-kawan?” Tanya Lim.

“Yeah, kita siap!.” Jawab Kevin keras.

“Jangan teriak juga kali, Vin!” Sahut Julianna.

“Aku ga teriak kali boy!” Balas Kevin.

“Nama aku Julianna, bukan Boy!” Balas Julianna

“Udah udah jangan pada ribut. Ayo kita meluncur. 1…2…3…” Ajak Anita.

“Woooohooo.” Semua berteriak.

Setelah puas bermain ice skating kami pun pergi menuju restoran. Pada saat berada di restoran seafood, lalu kami pun berbicara tentang pengakuan. Tetapi ini pengakuan yang bernilai lebih…

“Kawan-kawan, aku pengen buat suatu pengakuan deh. Mumpung kalian semua disini. Aku harap kalian bisa nerima perbedaan aku.” Aku Lim

“Ada apa, Lim? Cerita aja sama kita pasti kita terima kok.” Sahut Aku.

“Sebenernya aku udah lama ngerasain ini dan gue pengen kalian semua itu tau. Aku ngerasa ada di tubuh yang salah. Tubuh aku laki-laki tapi jiwa aku ini adalah seorang perempuan. Aku pengen transsexual. Ini bukan gangguan jiwa, tapi kata dokter aku mengalami gender identity disorder” Ucap Lim sambil menangis

“Serius, Lim?” Tanya Kevin kaget.

“Iya serius kok. Aku cuma pengen jadi diri sendiri aja. Aku ga mau kesiksa terus seperti ini. Aku harap kalian bisa terima aku nanti setelah operasi.” Jawab Lim sambil menangis

“Lim, apapun yang terjadi, kita semua dukung keputusan kamu, kok. Meskipun awalnya kita kaget. Kalau itu udah jadi keputusan hidup kamu, ga perlu takut akan omongan orang lain.” Sahut Anita.

“Hmm.. Sebenernya aku juga pengen ngaku sih kalau sebenarnya gue itu seorang lesbian. Jujur selama ini aku suka banget sama Anita. Tapi aku takut dia ga mau jadi temen aku lagi.” Ucap Julianna

“Hah? Kamu serius, Jul?” Tanya Anita kaget. “Kenapa kamu ga ngomong aja? Aku sebenarnya juga suka sama kamu sayang. Demi Buddha dan Tripitaka, Aku mau jadi partner hidup kamu selamanya” Sahut Anita sambil tersenyum dan memegang tangan Julianna.

“Demi Tuhan Yesus deh. Wah, Makasih ya, Anita.” Ucap Julianna sambil tersenyum

“Kok jadi buat pengakuan seperti ini deh? Aku juga mau ngaku sih kalau aku itu gay. Dan aku yakin Allah menciptakan sama seperti orang kebanyakan.” Tambah Ali

“Kamu serius bro?” Tanya Aku ke Ali

“Iya aku serius. Aku udah ngerasa ini alami dan ga dibuat-buat. Meskipun aku punya banyak mantan cewe, tapi hatiku buat cowo. Aku udah capek hidup jadi orang munafik. Dan asal kalian semua tau, aku udah temuin satu orang cowo yang ada di hati aku selama ini.” Tandas Ali

“Siapa?” Tanya Kevin

“Dia orang Bali. Aku udah pendem perasaan ini sejak lama. Aku takut dia ga bisa terima aku juga. Dia temen baik kita kok.” Jawab Ali sambil tersenyum ke arahku

“Maksud kamu, Aku?” Tanya Aku sambil pasang muka kaget

“Iya, Oka! Apa kamu mau jadi partner hidupku?” Tanya Ali

Tanpa pikir panjang langsung saja Aku jawab, “Ya, Ali! Aku mau jadi partner hidup kamu selamanya. Aku bersumpah demi Dewa-Dewi Hindu.”

Syukron, Oka! Aku sangat bersyukur bisa kenal sama kamu.” Balas Ali

“Sama-sama Ali!” Ucap Aku sambil memegang tangan Ali

“Ya Tuhan Yesus, ternyata kalian kelompok minoritas selama ini hadir di sekeliling aku. Tapi gapapa sih berarti dunia ini memang banyak perbedaan yang harus dihormati dan dijunjung tinggi.” Ucap Kevin

“Iya bener, Kevin!” Sahut Lim sambil tersenyum

Inilah perbedaan yang Aku maksud. Meskipun berbeda orientasi seksual, tidak ada diskriminasi diantara kami. Sebab, kami melihat perbedaan seperti ini itu indah bukanlah sesuatu yang harus dianggap tabu. Sesudah pengakuan yang mengejutkan itu, kami pun makin dekat dan saling mendukung satu sama lain. Meskipun ada isu-isu lain yang bisa menghadang, kami berlima kecuali Kevin tetap pada pendirian masing-masing.

***

Pada saat semester 5, Lim menjalankan operasi kelamin (Sex Reassignment Surgery) yang tentunya sudah didukung oleh keluarga dan kami para sahabatnya. Melalui operasi itu, Lim telah berubah total menjadi seorang perempuan yang cantik dan melakukan perubahan identitas menjadi, Lilian. Meskipun banyak yang mengolok-olok di lingkungan sekitarnya, Lilian tetap tegar dan sabar. Sementara Kevin ikut melindunginya dari olok-olokan itu.

“Sabar ya, Lian. Mereka seharusnya ga boleh seperti itu. Harusnya mereka menghargai keputusan kamu ini” Ucap Kevin memberi perhatian kepada Lilian

“Gapapa kok, Vin! Aku memang sudah biasa diolok-olok, bahkan pada saat masih menjadi seorang Lim. Aku sudah terbiasa dengan olokan ini. Yang penting aku jadi diri sendiri dan tidak munafik.” Jawab Lilian sambil menangis

“Yang kuat ya Lian. Aku bakal disamping kamu terus” Sahut Kevin sambil tersenyum menguatkan

Xie Xie,” Jawab Lilian sambil tertawa kecil.

Memang pada saat masih laki-laki, Lim terlihat seperti androgyny. Jika berdandan seperti lelaki, dia terlihat tampan. Jika didandani seperti wanita, dia terlihat sangat cantik. Aku melihat itu anugerah dari Tuhan, meskipun pada akhirnya Lim melakukan operasi kelamin.

Lim yang saat ini menjadi Lilian pun sudah mulai percaya diri dengan keadannya sekaran ini. Hingga akhirnya, pada semester 7 dia sudah bekerja di salah satu perusahaan busana internasional terkenal di Jakarta. Tentunya, Kevin juga sudah bekerja di perusahaan radio terkemuka di Jakarta. Sementara Ali dan Aku sudah bekerja juga sesuai dengan jurusan masing-masing. Begitu pula dengan Julianna dan Anita.

***

Pada suatu hari, kami menyusun rencana untuk makan malam di salah satu restoran di daerah Thamrin pada malam minggu. Lilian dan Anita datang dengan gaun mini yang cantik dengan sepatu hak tinggi bersol merahnya. Sedangkan Kevin, Ali, dan Aku datang dengan pakaian modis ala lelaki metrosexual. Sementara Julianna datang dengan gaya yang super tomboy dan hampir tidak terlihat kalau dia adalah seorang perempuan.

“Lilian, kamu cantik banget malam ini,” Takjub Kevin.

“Hahaha, bisa aja si Kevin. Tapi terima kasih ya udah puji aku,” Jawab Lilian sambil tersenyum senang.

“Beneran kok, Lian, ngapain juga aku bohong,” Sahut Kevin.

“Ciyeeeeeeeeee,” Kami berempat bersorak.

Lilian dan Kevin saling bertatapan aneh.

“Gapapa juga kali kalau kalian jadian, kita malah dukung banget,” Sahut Julianna.

“Iya bener kalian jadian aja sih, sama-sama jomblo ini kan,” Balasku.

“Ya, kalau Tuhan bilang kita jodoh kenapa engga, iya ga Vin?” Tanya Lilian.

“Yoi mameennn hahaha,” Jawab Kevin sambil tertawa.

“Kita ambil posisi di outdoor aja ya biar aku bisa ngerokok,” Ucap Ali.

“Oke deh, bagus juga sih pemandangannya sambil liat bunderan Hotel Indonesia,” Tambah Anita.

Sambil menyantap hidangan makan malam, mereka membahas tentang liburan.

“Teman-teman, aku punya rencana nih buat ngajakin kalian liburan. Udah lama kan kita ga liburan bareng lagi,” Ajak Kevin.

“Kapan dan kemana,Vin? Kalau sekarang ini masih sibuk, kemungkinan dua minggu lagi,” Tanya Julianna.

“Aku sih punya rencana buat ngajakin kalian ke Green Canyon,” Tandas Kevin.

“Apa? Grand Canyon? Jauh banget itu kan di Amerika,” Sahut Lilian.

“Bukan Grand Canyon sayang tapi Green Canyon.” Lanjut Kevin.

“Oh Aku tau itu daerahnya. Kalau ga salah di Pangandaran, Jawa Barat. Bener ga? Aahhh itu tempatnya bagus bangeetttt,” Balasku.

“Nah bener banget, Ka! Kira-kira bisanya kapan nih kalian? Rencananya juga ga cuma kesana aja tapi ke Bandung, Tasikmalaya, sama Garut. Kampung nyokap gue tuh di Bandung hahaha,” Tanya Kevin.

“Kebetulan aku lagi bisa cuti, tapi tergantung si Oka bisanya kapan, Vin,” Tandas Ali.

“Aku bisanya akhir pekan doang Vin. Kalau si Ali mau ya Aku mau ikut,” Jawabku sambil tersenyum genit.

“Aku belum tau nih bisanya kapan. Semoga aja bisa deh ya. Pengen nemenin pacarku yang ganteng ini,” Sahut Anita.

“Kalau kamu gimana, Lian?” Tanya Kevin.

“Aku bisanya akhir pekan, Vin,” Jawab Lilian.

“Berarti kita berangkat dua minggu lagi. Jumat-Minggu, gimana?” Tanya Kevin.

“Okeeyyy” Jawab Anita.

“Sekalian ke rumah ibu kamu ya, Vin,” Ajak Lilian.

“Okey sayang,” Jawab Kevin meng-iyakan.

“Si Kevin daritadi ngomong sayang terus nih, modus banget dah!” Tutur Julianna.

***

Rencana liburan kami pun terlaksana. Aku bersama Ali, Anita bersama Julianna, Kevin bersama Lilian. Kami pun sangat menikmati liburan di Green Canyon dan Tasikmalaya. Mulai dari wisata air, kuliner hingga belanja di kota Bandung. Hingga akhirnya kami pun memutuskan untuk ke rumah orangtuanya Kevin yang berada di  Bandung. Dan akhirnya Lilian pun dikenalkan dengan orangtuanya Kevin.

“Selamat datang di kampung halamanku,” Ucap Kevin.

“Tempatnya bagus, pemandangannya indah. Udaranya juga masih sejuk,” Sahut Lilian.

“Iya soalnya bukit jadi masih sejuk deh hehehe,” Jawab Kevin sambil merangkul Lilian menuju rumahnya.

Orangtuanya Kevin menyambut kami.

“Anakku, Kevin” Sambut ibunya

“Ibuuuuu!! Kevin kangen sama ibu. Bapak dimana?” Tanya Kevin sambil memeluk ibunya.

“Bapak ada di belakang. Ini teman-teman kamu?” Tanya sang ibu.

“Iya nih, kita abis liburan di Green Canyon sama Tasikmalaya. Karena deket sama rumah makanya main deh kesini. Oh ya, kenalin temen-temen aku, bu” Jawab Kevin. Masing-masing memperkenalkan diri. Hingga giliran Lilian yang perkenalkan diri.

“Aku Lilian bu,” Ucap Lilian memperkenalkan diri.

“Oh, ini yang namanya Lilian? Cantik ya kamu. Kevin udah cerita tentang kamu,” Ibu Kevin memuji.

“Kevin cerita aneh-aneh ya, bu? Terima Kasih ibu pujiannya, jadi malu deh,” Jawab Lilian sambil tersipu malu. “Oh ya bu ini ada oleh-oleh dari aku,” Beri Lilian

“Engga kok. Apa ini? Ya ampun kamu kok repot-repot banget sih, jadi enak nih ibu hahaha,” Jawab Ibu sambil bercanda. “Ya udah kalian istirahat dulu aja, ibu mau buatin minuman buat kalian,” Ucap Ibu sambil berjalan menuju dapur.

“Sepertinya ada yang bakal nikah nih” Ucap Ali.

“Apaan sih Ali, pacaran aja belum udah main nikah aja,” Tandas Lilian sambil menunjukkan pipi merahnya.

“Aku maunya langsung nikah ga mau pacaran dulu,” Canda Kevin.

“Tuh Lian, langsung nikah aja udah,” Sambung Julianna.

“Iya bener, nikah muda gapapa kok, yang penting bukan zina,” Sahutku.

“Ya kita tunggu aja nikah atau engga,” Sambung Anita.

Selama kami di Bandung, kami merasakan persahabatan kami semakin erat. Karena kami saling mendukung satu sama lain. Meskipun Lilian adalah seorang Trans Woman, dia mempunyai keinginan untuk menikah, sama halnya dengan heterosexual. Karena tidak bisa berlama-lama di Bandung, pada minggu pagi kami memutuskan untuk pulang karena sudah ada yang menunggu. Ya apa lagi kalau bukan kerjaan hehehe…

***

Saat senin sore Kevin menghubungi Lilian untuk bertemu berdua aja. Dia bilang ada yang mau diomongin secara serius. Anita, Julianna, Ali dan Aku tidak tau rencana Kevin ini untuk….

“Ada apa Vin? Kayaknya serius banget. Mau ngomong apa sih?” Tanya Lilian yang baru datang ke di restoran biasa.

“Aku mau ngomong serius sama kamu. Maukah menikah denganku?” Tanya Kevin sambil menunjukkan cincin berlian.

“Astaga Tuhan,” Lilian kaget sambil menutup mulutnya. “Kamu serius?” Tanya Lilian penasaran.

“Aku serius kok. Saat ini aku sedang tidak bercanda. Tolong jawab pertanyaan aku,” Desak Kevin.

“Tapi kamu tau kan aku dulunya siapa? Aku ga mau tiba-tiba kamu tinggalin aku gitu aja. Aku juga ga mau kamu labil dan berubah pikiran. Inget ya aku itu trans woman. Siap terima itu? Aku ga bakal punya anak!” Lilian mengingatkan.

“Aku ga peduli mau kamu transsexual atau bukan. Yang aku liat sekarang itu adalah seorang wanita yang cantik, pintar, dan rendah hati. Aku ga peduli apa kata orang. Aku juga ga peduli kamu itu mandul. Cinta itu bisa mengena ke siapapun. Aku udah tentuin jadwal nikah, udah aku omongin ke orangtua kamu dan aku juga dan mereka setuju meskipun mereka udah tau masa lalu kamu, Lim!” Jelas Kevin

“Oh, Tuhan! Apa dia jodohku?” tanya Lilian dalam hati. “Sebenarnya… aku… Sayang sama kamu juga Kevin. Tapi kan aku ga bakal punya anak, Vin” Jawab Lilian sambil menangis dan menerima cincin berlian.

“Terima kasih ya sayang, aku yakin kita bisa lewatin masalah bareng-bareng. Untuk masalah anak kita bisa gunain bayi tabung atau adopsi kok.” Sambung Kevin sambil memeluk Lilian.

***

Akhirnya mereka pun menikah pada bulan November tepat pada saat ulang tahun Lilian. Kami pun turut diundang dalam pernikahan mereka. Meskipun ada sedikit masalah sebelum pernikahan, mereka bisa menyelesaikan dengan baik. Beruntung, orangtua Kevin bukan homophobia dan transphobia. Dan mereka menyelenggarakan pesta pernikahan dengan bahagia dan meriah. Kami pun mempunyai niatan yang sama untuk menikah, meskipun bukan di Negara kami sendiri. Ali sudah mengajak Aku untuk menikah. Begitupun Julianna yang sudah menyusun rencana untuk menikahi Anita.

“Semoga kita bisa menyusul ya sayang!” Ucap Ali kepadaku.

“Amin! Semoga Allah mendengar doamu” Jawabku.

“Aku juga punya rencana untuk menikahi Anita” Tandas Julianna.

“Iya, semoga pernikahan kita berempat berjalan dengan lancar ya,” Sahut Anita.

“Amiiiinnnnn” Jawab Julianna, Ali, dan Aku serempak.

SELESAI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *