Dewi Candraningrum: Sang Liyan Dalam Kebebasan

Transgender (Sasana) tokoh dalam novel Pasung Jiwa. (Lukisan karya Ivan-anak autis)

Ourvoice.or.id Sasana: ”Seluruh hidupku adalah perangkap.Tubuhku adalah perangkap pertamaku. Lalu orang tuaku, lalu semua orang yang kukenal. Kemudian segala hal yang kuketahui, segala sesuatu yang kulakukan. Semua adalah jebakan-jebakan yang tertata di sepanjang hidupku”.

Itulah penggalan cerita dari novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari yang dikutip oleh Dewi Candraningrum dalam makalahnya yang akan disampaikan dalam diskusi di peluncuran novel tersebut Teater Kecil TIM, Rabu 15 Mei 2013 jam 18.30 WIB.

Dalam makalahnya Dewi meyampaikan bahwa cerita dari novel tersebut menggambarkan  perihnya menjadi liyan, pedihnya menjadi liyan. Tercerai-berainya Sasana menjadi Sasa. Sebagai transgender, bencong, banci atau waria, Sasa adalah potret mereka yang termiskin di antara yang miskin.

Dewi mencoba membahas identitas transgender sebagai manusia yang sebenarnya ada pesan kebebasan didalamnya. Hanya menjadi masalah ketika masyarakat melalui doktrin-doktrin pengetahuan dan kekuasaan menjadikan kelompok transgender dan identitas seksualitas lainnya dianggap “abnormal” atau disebut oleh Dewi sebagai “sang liyan”.

Berbagai stigma negatif dilekatkan pada kelompok sang liyan tersebut, dari mulai dianggap penyimpangan, penyakit sampai pendosa. Bahkan ironisnya, beban dosa orang lain juga dilekatkan pada sang liyan tersebut. Sehingga atas nama dosa diri, moral maka sang liyan layak untuk didiskriminasikan atau diubah menurut apa yang kita mau. Semua atas nama nilai dan moral yang kita anut.

Dewi Chandraningrum sebagai seorang doktor sastra mengkaitkan isu hak-hak transgender ataupun LGBT lainnya dengan kajian Martha Nussbaum (1947-), seorang professor dan feminis dari Universitas Chicagomenulis dengan dalam bukunya Sex and Social Justice.

Okky Madasari sebelumnya pernah menulis novel berjudul Maryam berceritakan tentang warga Amadiyah dan sekarang dalam novelnya dia bercerita tentang tokoh sang liyan lainnya, transgender yang dikaitkan dengan kebebasan.

Saat lauching novel selain diskusi “Kebebasan di Atas Kanvas” bersama Dr. Dewi Candraningrum, juga diadakan kegiatan lainnya, seperti pelatihan menulis bersama Okky Madasari, Maggie Tiojakin & Hetih Rusli, pameran seni rupa bertema “kebebasan” dan Pertunjukan Teater “Pasung Jiwa”. Untuk informasi lebih lanjut tentang acara dapat dibuka disini  (Hartoyo)

Makalah lengkap Dewi Candraningrum dapat didownload disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *