Margaret Thatcher – “Iron Lady” Penggalang “Thatcherisme”
Ourvoice.or.id – Berasal dari keluarga sederhana, Margaret Thatcher menjadi salah satu tokoh politik paling kontroversial pada abad ke 20. Ia menerapkan politik ekonominya dengan konsekuen.
Sikap kerasnya membuat Margaret Thatcher dijuluki “Iron Lady“. Ia menjadi Perdana Menteri Inggris dari tahun 1979 sampai 1990. Ia melakukan perombakan besar dalam sistem ekonomi dan sosial di Inggris. Politiknya disebut ”Thatcherisme”. Ia meninggal hari Senin (08/04/13) pada usia 87 tahun.
Thatcher lahir 13 Oktober 1925 sebagai Margaret Hilda Roberts di sebuah kota kecil Grantham. Ayahnya Alfred adalah pedagang makanan dan aktif di politik. Margaret mendapat beasiswa untuk kuliah jurusan kimia di Oxford. Di sana ia sudah aktif dalam organisasi mahasiswa. Setelah menamatkan studi, ia sempat bekerja sebagai ahli kimia.
Tahun 1950 dan 1951 Margaret gagal menjadi kandidat kubu konservatif dalam pemilu parlemen. Ia lalu kuliah lagi jurusan hukum. Tahun 1951 ia menikah dengan pengusaha Denis Thatcher. Dua tahun kemudian, mereka mendapat anak kembar.
Menjadi Perdana Menteri.
Tahun 1959, Margaret Thatcher akhirnya terpilih sebagai anggota parlemen. Tahun 1964, Partai Konservatif kehilangan kekuasaan dan menjadi oposisi. Enam tahun kemudian, mereka kembali merebut kekuasaan. Perdana Menteri Edward Heath mengangkat Thatcher sebagai menteri pendidikan. Ketika pemerintahan Heath goncang, Margaret Thatcher melihat peluang bagi dirinya. Ia mencalonkan diri menjadi ketua partai melawan Heath dan menang.
Tahun 1970an politik dalam negeri Inggris ditandai oleh aksi mogok kalangan buruh. 1979 situasi makin meruncing sehingga pemerintahan Partai Buruh terpaksa mundur. Partai Konservatif berhasil memenangkan pemilihan umum. Margaret Thatcher menjadi Perdana Menteri perempuan yang pertama di Inggris.
Prioritas pemerintahan Thatcher pada awalnya adalah meredam inflasi. Ia kemudian melakukan privatisasi secara luas. Thatcher menurunkan pajak, menghapus berbagai subsidi dan menekan pengeluaran pemerintah dengan memotong anggaran sosial. Inilah yang kemudian dikenal sebagai ”Thatcherisme”.
Pertengahan tahun 80an, para buruh tambang menggelar aksi mogok luas. Tapi Margaret Thatcher bersikap keras dan pantang menyerah. Ia tetap mempertahankan politiknya.
Perang dengan Argentina
Sebuah koran Rusia tahun 1976 menjuluki Thatcher sebagai “Iron Lady“, karena kritik kerasnya terhadap politik represif Uni Soviet. Ia ternyata senang dengan julukan itu. Selama era perang dingin, ia menjadi mitra terpercaya Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan.
2 April 1982, rejim militer Argentina menyerang dan menduduki Kepulauan Falkland yang berada di bawah administrasi Inggris. Margaret Thatcher pantang menyerah dan mengirim angkatan laut Inggris untuk merebut kembali Falkland. Dua bulan kemudian, Argentina menyerah. Kemenangan itu membuat Thatcher makin populer di Inggris. Partai Konservatif memenangkan pemilihan umum tahun 1983.
Penentangan Muncul
Tahun 1987, margaret Thatcher untuk ketiga kalinya terpilih sebagai Perdana Menteri. Tapi makin banyak anggota Partai Konservatif yang mulai menentang politik kerasnya. Mereka khawatir akan kalah dalam pemilu berikutnya.
Tahun 1990, Wakil Perdana Menteri Geoffrey Howe mengundurkan diri sebagai protes atas gaya kepemimpinan Thatcher dan politik anti eropanya. Setelah menyadari ia akan kalah dalam pertarungan internal partai, Margaret Thatcher meletakkan jabatan Perdana Menteri. Ia digantikan oleh John Major.
Sumber : DW.DE