Film Gay Populer di Taiwan
Ourvoice.or.id – Menjaga hangatnya pernikahan bukan pekerjaan mudah, namun apa yang Anda lakukan jika suami yang mendampingi selama sembilan tahun ternyata menyukai sesama jenis?
Kenyataan ganjil ini, bersama kecanggungan romantisme lainnya, adalah tema film komedi pahit terbaru sutradara Arvin Chen, “Will You Still Love Me Tomorrow?”
Richie Jen bermain sebagai manajer toko optik santun bernama Wei-chung yang memasuki usia paruh baya. Di permukaan, ia hidup tenang dan bahagia di Taipei bersama istrinya Feng (Mavis Fan) dan putra berusia 6 tahun. Hanya satu ganjalan: sesungguhnya ia gay. Selama mengarungi bahtera pernikahannya ia berhasil menahan dorongan itu. Hingga ia bertemu kembali dengan teman-teman gay semasa masih lajang. Cinta lama bersemi kembali. Ia menjalin hubungan dengan seorang pramugara Hong Kong.
Sementara itu adik Wei-chung, Mandy (Kimi Hsia), memiliki masalah cinta sendiri. Ia memutuskan tunangannya (Stone, dari band rock Mayday) di lorong sebuah supermarket. Mandy khawatir seumur hidupnya terjebak dalam jerat pernikahan yang membosankan. Setelahnya ia mendekam di apartemennya, makan mie instan dan menonton drama Korea. Tokoh drama yang tampan dan muda tersebut kemudian keluar dari layar TV dan duduk di sofanya sambil memberi saran untuk hubungan percintaannya. Seperti dalam film pertama Chen, “Au Revoir Taipei” (2010), “Will You Still Love Me Tomorrow?” juga dipenuhi dengan adegan-adegan ganjil semacam itu.
“Will You Still Love Me Tomorrow?” adalah satu dari serangkaian film drama komedi Taiwan yang menampilkan karakter gay. Tren yang dimulai oleh “The Wedding Banquet” karya Ang Lee pada 1993 dan dilanjutkan oleh film seperti “Formula 17” (2004) dan “GF*BF” (2012).
“Taiwan selalu lebih progresif dan liberal terhadap budaya gay,” ujar Chen pada Selasa malam di ajang Hong Kong International Film Festival. Inilah pertama kalinya penonton di Asia berkesempatan menyaksikan film tersebut usai diputar perdana bulan lalu di Berlin.
“Film yang menunjukan proses pendewasaan karakter sangat populer di Taiwan, terutama yang bertema gay,” ujar sutradara asal Taipei kelahiran Amerika Serikat tersebut. Chen menganggap wajar jika cerita gay menjadi bagian dari tren ini karena pengakuan orientasi seksual dalam banyak hal adalah proses pendewasaan diri.
Film ini meminjam judul dari lagu tahun 1960 oleh grup penyanyi perempuan Shirelles. Sebelum diputar perdana di Berlin, Chen mengganti judul filmnya, yang awalnya bernama “Afternoon Delight”. Ia tak ingin penonton bingung, karena ada film lain berjudul sama yang diputar di Sundance Film Festival, Januari lalu. “Banyak orang menganggap ini adalah film lain tersebut,” ujar Chen. “Namun penggantian judul ini lebih masuk akal” karena dekat dengan judul aslinya yang dalam bahasa Cina berarti “Remember to Love Me Tomorrow.”
“Will You Still Love Me Tomorrow?” akan diputar bulan depan di Taiwan, Hong Kong, dan di New York sebagai bagian dari Tribeca Film Festival.
Simak trailer-nya diatas:
Sumber ; WSJ