Up Close and Personal with Shuniyya Ruhama
“BUNGA MELATI AKAN TETAP PUTIH, BERSIH DAN WANGI SEKALIPUN TUMBUH DI ATAS COMBERAN…..”
Kalimat diatas bukanlah diambil dari petikan lirik lagu Qosidah ataupun dangdut. Akan tetapi muncul dari bibir mungil seorang Shuniyya. Dan pertanyaannya, siapakah Shuniyya Ruhama?
Adalah sosok Transgender Muda dengan banyak talenta yang membuat kagum orang-orang disekitarnya. Berikut Wawancara jarak jauh (Jakarta – Kendal) Ourvoice dengan Shuniyya Ruhama di tengah-tengah kesibukannya dalam mengurusi bisnis Batik yang kini digelutinya.
OurVoice (OV): Seorang Shuniyya, bagaimana sih kehidupan masa kecilnya…?
Shuniyya Ruhama (SR): Masa kecil Suniyya tidak banyak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. apalagi Shuniyya memiliki sikap tegas, tidak lembek. Tapi sifat feminin sangat kental. Misalnya Shuniyya lebih senang barmain perang-perangan ketimbang bermain boneka, tapi, saat bermain perang-perangan, Shuniyya selalu memerankan semisal Mantili, pendekar perempuan.
Shuniyya juga suka main petak umpet, sembunyinya sampai kemana-mana di tempat gelap, dan lain-lain dan juga tidak mengenal rasa takut, waktu kecil juga suka berkelahi kok, hehehe… tapi perasaanku kok merasa sebagai perempuan ya? Bahkan sejak kecil sebagian besar teman-teman adalah laki-laki, bukan perempuan seperti yang banyak diteorikan.
OV: Kabarnya sekarang sedang sibuk menggeluti bisnis batik. Pertanyaan mendasar. Mengapa memilih batik.
SR: Iya, dua tahun terakhir memang fokus di bidang batik. Memilih batik alasannya adalah karena sejak awal memang sudah sangat mencintai batik. Jadi berasa hobi yang menghasilkan pendapatan. Juga mengembangkan jiwa Enterpreneurship yang ada dalam jiwa Shuniyya.
OV: Ketika masih kuliah, Shuniyya lulus dengan cumlaude. Ketika menjalani masa-masa kuliah, pernah gak sih menemui hal-hal diskriminasi?
SR: Shuniyya selalu percaya bahwa kita terlahir memiliki keistimewaan. Dan kalau orang lain saja bisa nilainya bagus apalagi kita yang terlahir sebagai seorang transgender, pasti memiliki kecerdasan istimewa yang tidak dimiliki orang di luar transgender. Itu yang membuat Shuniyya selalu semangat dan alhamdulillah akhirnya bisa lulus sesuai dengan harapan.
Diskriminasi selama kuliah hanya terjadi di awal-awal saja karena belum mengenal kita. Orang masih acapkali beranggapan bahwa transgender itu ya bencong seperti Tessy, yang lucu dan norak. Pandangan itulah yang dianggap melecehkan tatanan dan menghina agama Islam. Tapi seiring berjalannya waktu, bisa hilang dengan sendirinya, apalagi setelah kita berhasil secara akademis maupun non-akademis. Secara akademis ditunjukkan dengan keaktifan kita di banyak lembaga pergerakan Mahasiswa, juga nilai kita di atas rata-rata. Di luar akademis misalnya saja, kita sudah bekerja dan menghidupi diri dari hasil kerja kita, bukan minta lagi dari orang tua.
OV: Bagaimana bisa muncul ide untuk menulis buku “Jangan Lepas Jilbabku”… dari mana inspirasinya.?
SR: Buku itu terispirasi dari banyaknya orang yang ingin mendengarkan penuturan kisah hidup Shuniyya yang dianggap unik. Karena pastinya tidak seperti orang pada umumnya, tapi juga tidak seperti teman-teman transgender yang sering dijumpai teman-teman.
Awalnya sih asik menceritakan, tapi kok lama-lama aneh juga. Masak seeh harus menceritakan hal yang sama kemana-mana. mendingan bikin buku ah, hehehe. Lha tak ada yang kebetulan, semua rencana Tuhan, gayung bersambut waktu itu langsung ada penerbit yang mau menerbitkan dan alhamdulillah langsung jadi best seller setelah 3 bulan terbit…
OV: Pesan apa sih yang mau disampaikan dalam buku tersebut?
SR: Pesan dari buku itu adalah, jangan sampai seseorang itu hanya dilihat dari kulit luarnya saja. Memang transgender berbeda banyak hal dari orang kebanyakan, namun juga bisa mengukir banyak prestasi jika memang ada ruang dan waktunya.. Dalam hal berpikir, berbuat dan berkarya, tidak ada bedanya transgender dengan masyarakat pada umumnya. Juga dari paparan itu, pembaca akan menilai dengan sendirinya, pantaskah orang yang terlahir tanpa bisa meminta untuk menjadi apa dan siapa mendapatkan perlakuan di luar perikemanusiaan, yang sebenarnya terjadi juga bukan karena pengetahuan cukup dari pelakunya, melainkan hanya prasangka dan fitnah saja.
OV: Pengalaman berpolitik? Bisa diceritakan sedikit…!
SR: Kalau politik praktis tidak pernah memiliki, karena memang tidak pernah tertarik untuk terjun ke dunia politik. tapi memang pernah diminta oleh almarhum Gus Dur untuk menjadi Caleg dari Partai beliau, hanya waktu itu tidak Shuniyya penuhi sebab memang itu tadi, tidak tertarik sama sekali dengan dunia politik.
Kalau pengalaman berorganisasi di luar LGBT adalah pernah bergabung dengan KUKB (Komite Utang Kehormatan Belanda) waktu menuntut Belanda atas kasus Rawagede, juga pernah ditunjuk sebagai Ketua Bidang Agama, Sosial dan Budaya Pemuda Pancasila Jakarta Pusat.
OV: Arti keluarga menurut Shuniyya?
SR: Kita ibarat pohon dan keluarga adalah akarnya, jika kita keluar, memisahkan diri dari keluarga karena terusir, maka ibarat pohon yang tercerabut dari akarnya. Jadi keluarga sangat memegang peranan penting dalam kehidupan kita.
Tidak banyak keluarga yang langsung menerima kondisi kita, tapi justru itulah tantangan pertama kita bagaimana caranya diterima oleh keluarga dengan kesegalaan kita, bukan keluar dan mengasingkan diri dari keluarga.
OV: Bicara soal cinta… Kapan sih seorang Shuniyya pertama kali merasakan jatuh cinta….?
SR: Pertama kali merasakan jatuh cinta adalah pas kuliah umur 18 tahun. Dan cinta itu bukan cinta pandangan pertama, hehehe. Tak disangka tak dinyana, ternyata gayung bersambut selama 2 tahun. Menjadi kisah yang luar bisa indah dan unforgatable experience.
OV: Hubungan yang paling lama dijalani Shuniyya dalam menjalin cinta dengan seseorang itu berapa tahun? Bisa gak, dijelasin? Barangkali ada tips dan saran tertentu, sehingga sebuah hubungan itu bisa awet dan langgeng?
SR: Hubungan paling lama adalah dengan yang saat ini Shuniyya jalani, yakni sudah memasuki tahun ke-6, mudah-mudahan menjadi yang terakhir untuk selamanya… Ameen ameen ameen…!
Hubungan bisa bertahan lama adalah mana kala kita sama-sama saling percaya. Bisa mempercayai dan dipercaya pasangan kita. Tidak perlu takut kehilangan, tidak perlu takut disaingi oleh siapapun.
Pertama, kalau memilih pasangan jangan dilihat fisik dan hartanya, karena itu bersifat sementara. Pilihlah karena hati dan ketulusannya. Kalau kelebihan, pastinya semua bisa menerima itu. Bagaimana dengan kelemahan?? sebagai transgender, pastinya Shuniyya punya banyak sekali kekurangan, bisa gak dia menerima kekurangan-kekurangan tersebut?? Demikian juga sebaliknya, kita tidak akan bertemu dengan pasangan yang sempurna. Pasti banyak kekurangannya, apakah kekurangan itu bisa kita terima?? kalau jawabannya tidak, jangan pernah melakukan hubungan lebih lanjut, karena hanya akan menyakiti dan tersakiti.
Kemudian, jangan lupa lakukanlah komunikasi yang baik, untuk mengenali satu sama lain, sehingga kita bisa tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh pasangan kita. Jangan sampai kita menyinggung perasaan dan kehormatan dia.
Juga, tak lupa, jika kita sudah komitmen untuk hidup bersama pasangan, jalanilah berdua saja, jangan penah ada orang ketiga dalam hidup kita. Sebab, hal ini akan sangat menyakiti. Jangan sampai kita menuntut kesetiaan pasangan, tapi kita sendiri tidak bisa melakukan hal yang sama.
Dan yang terakhir adalah saling menjaga perasaan. Ini sulit dilakukan, tapi harus ada kerjasama diantara kedua belah pihak.
Jadi intinya, untuk melangsungkan hubungan yang lama, dibutuhkan komitmen kedua belah pihak, tidak bisa salah satunya saja.
OV: Pendapat Shuniyya tentang Spiritualitas di dalam kehidupan seorang transgender?
SR: Masalah spiritualitas itu urusan kita dengan Tuhan, jadi tidak bisa ditelusuri jejak-jejaknya dengan ranah mahkamah akal kita yang maha terbatas. Itu hubungan yang sangat privat vertikal. Tidak bisa dibuat perbandingan Shuniyya dengan si A, si B dst… Dan juga sangat tidak bijaksana jika hanya karena tampilan, kemudian seakan-akan kita lebih dari yang lainnya.
Tuhan Maha Tahu akan segala yang di hati kita. Dan Dia akan melihat kita dari hati dan bakti bukan dari harta dan rupa…
OV: Pandangan Shuniyya tentang transgender dan karirnya…. Haruskah mengikuti mainstream atau out of the box???
SR: kalau dilihat secara keseluruhan, kebanyakan Trangsender terfokus pada 4 sektor saja, yakni Prostitusi, Salon, Pengamen dan Entertainment saja. Setelah ada LSM tentang HIV/AIDS ada sebagian yang di sana. Di luar itu masih sangat jarang dijumpai.
Shuniyya tidak merasa out of the box atau apapun. Pandangan Shuniyya adalah, kita bagian dari masyarakat jadi bisa melakukan hal apapun, termasuk beberapa pengalaman kerja Shuniyya seperti menjadi Asisten, Sekertaris, Jurnalis, Pecinta batik, dan lain-lain.
Itu hanyalah keanekaragaman, bukan sesuatu yang lantas dipandang berbeda.
OV: Transgender di kota-kota besar selalu menggunakan “prostitusi” sebagai pilihan dalam menyambung hidup. Mengapa prostitusi? Dan pendapat Shuniyya mengenai prostitusi waria itu sendiri bagaimana?
SR: Tidak hanya waria saja, tapi banyak juga laki-laki dan perempuan pada umumnya yang mengambil jalan yang sama dengan waria. Padahal, sektor yang terbuka untuk mereka jauh lebih luas daripada waria.
Adapun yang membuat waria banyak terjun adalah karena a) faktor kebebasan berekspresi.. b) faktor materi yang dibutuhkan oleh setiap orang.. c) faktor biologis yang menjadi basic human need. Ketiganya dengan gampang dipenuhi dalam prostitusi waria. Jadi, selama masih ada pengekangan kebebasan berekspresi, diskriminasi kerja, dan kemunafikan perilaku seksual, maka prostitusi waria hanya sebatas ungkapan saja: dibenci tapi dirindu.
Apalagi hal aneh adalah, mengapa waria sedemikian dihujat, tanpa pernah dipertanyakan, siapa sih sebenarnya yang menjadi pasangan kencan atau pelanggan waria saat melakukan prostitusi? Bukankah jika mereka tidak ada maka dengan sendirinya prostitusi akan bubar???
OV: Harapan Shuniyya terhadap para komunitas transgender…. Dan harapannya terhadap pemerintah dalam menyikapi para LGBT di Indonesia…
SR: Harapan kepada teman-teman adalah tidak menyerah ataupun pasrah kepada nasib hidup sebagai LGBT. Yakinlah bahwa kita bukan insan yang layak didiskriminasi dalam bentuk apapun. Dan tunjukkan itu dengan semangat yang tinggi, kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.
Dan untuk pemerintah, tak ada permintaan apapun, hanya mohon kembalilah ke khittah berdirinya negeri ini: Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Di sana sudah hampir keseluruhan hak dijamin.
OV: Salah satu dari mimpi Seorang Shuniyya diantara banyaknya impian?
SR: Semua impian sudah terwujud, sekarang hanya menjalani apa yang seharusnya dijalani sebagai manusia saja, selebihnya kita pasrahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.. Yang penting kita sudah berusaha melakukan yang terbaik, apapun yang akan terjadi, silakan saja terjadi…….
Cinta itu universal, cinta dalam arti kasih kepada sesama,
bukan cinta yang hanya ngurusi ketertarikan seksual saja…