The Lady: Sang Pejuang Burma
Ibu mau pilih keluarga atau negeri? tanya salah seorang tentara kepada Suu. Kebebasan macam ini, jawab Aung San Suu Kyi dengan nada tegas kepada sang tentara.
Jakarta.ourvoice.or.id – Itulah salah satu dialog dalam film The Lady yang mengangkat cerita tentang perjuangan tokoh Aung San Suu Kyi untuk demokrasi di Myanmar (Burma). Negeri yang sampai sekarang militerisme terus berkuasa. Film yang dibintangi oleh Michelle Yeoh dan disutradarai oleh Luc Beson.
Film ini mengambil angle seorang anak perempuan yang begitu cinta pada kedua orang tua,cinta suami dan kedua anak laki-lakinya. Tetapi pada pada sisi lain, kecintaannya pada keluarga tidak bisa dibandingkan dengan cinta pada negerinya sendiri, Burma Perempuan itu (Suu) ingin menjadikan negerinya (Burma) menjadi negeri yang demokratis bagi setiap orang. Bukan negeri otoriter seperti yang sekarang ini dialami oleh rakyat Myanmar.
Pergulatan bathin antara cinta keluarga dan negerinya berhasil ditampilkan dalam film ini, walau masih ada kurang begitu mendalam memaknai beberapa moment penting dalam adegannya. Film ini berhasil mengangkat hal yang “kecil” dalam keluarga untuk menampilkan situasi politik dan penegakan hak asasi manusia dalam satu negara. Dari yang pinggir menuju yang besar.
Oleh karena itu, film ini memang layak untuk ditonton bersama keluarga dan teman dekatmu. Dengan film ini,kita bisa memaknai arti sebuah perjuangan kemanusiaan yang begitu berat bagi setiap orang. Perjuangan yang tidak mengharapkan “imbalan” apapun selain keadilan bagi setiap orang. Aung San Suu Kyi sendiri pernah mendapatkan hadiah nobel perdamaian tahun 1991 tetapi dia sendiri tidak bisa hadir karena mendapatkan tahanan rumah oleh militer Burma.
Ada hal yang prinsip disampaikan dalam perjuangan Suu. Kekerasan yang terjadi dan kita alami tidak akan bisa dilawan dengan kekerasan. Inilah yang dilakukan oleh Aung San Suu Kyi yang terinspirasi dari tokoh besar kemerdekaan India, Mahatma Gandhi.
Hanya dengan cinta,kasih dan perdamaian kekerasan dapat dilawan dan dihancurkan. Tetapi yang paling penting kekerasan dan ketidakadilan tidak boleh dibiarkan, apalagi hanya berpasrah dan berserah diri kepada Tuhan. Lawan dan lawan, karena keadilan tidak pernah datang atau jatuh dari langit, semua harus direbut dengan perjuangan.
Akhir kata, kebebasan yang ada pada diri kita, gunakanlah untuk membebaskan orang-orang yang masih tertindas dalam bentuk apapun (ekonomi,sosial maupun politik). Itulah ungkapan Suu diakhir film. Ini berlaku bagi siapa saja yang merasakan kebebasan individu, kelompok maupun negeri. (Hartoyo)